Minggu, 28 Februari 2010

Pentingnya Komunikasi Dengan Anak

Ditulis ulang : Imla W. Ilham, S.Ag (Kepala PAUD Citra Almadina Padang)

Di jaman serba instan, semakin sulit orangtua melakukan komunikasi dengan anak. Para orangtua saat ini justru banyak disibukkan dengan segudang aktivitas kantor. Alhasil buah hati Anda tidak punya tempat untuk bercerita atau sekadar berkeluh kesah yang pada akhirnya menuangkan unek-unek melalui kecanggihan teknologi, seperti situs jejaring sosial, salah satunya facebook. Kerapkali facebook justru menjadi teman curhat yang lebih mengerti dunia anak dan remaja ketimbang orangtua. Jika buah hati Anda salah satu dari pengguna facebook dan seringkali menjadikan facebook sebagai ajang curhatnya, apa yang harus Anda lakukan? Berikut tips dari beberapa pemerhati anak, Kak Seto dan psikolog, Alexander Sriewijono yang juga penulis serta pendiri 'TALK-inc, Daily Meaning' dan 'Talkinc Points for Kids & Parents'. Mereka memberikan tips bagaimana cara melakukan komunikasi yang efektif dengan anak.

Menurut Ketua komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Seto Mulyadi atau Kak Seto, seiring berkembangnya zaman dan teknologi, jangan pernah melarang anak menggunakan kecanggihan teknologi seperti facebook. “Jangan salahkan teknologinya. Sebagai orangtua kita harus ikut belajar mengerti dunia teknologi,” ujarnya saat ditemui dalam Launching Buku 'Talkinc Points for Kids & Parents' di Grand Indonesia, Selasa 23 Februari 2010. Hal senada diungkapkan Alexander Sriewijono, cara paling efektif melakukan komunikasi dengan anak dan remaja adalah dengan memahami apa keinginannya. “Begitupula sebaliknya, jika buah hati telah memasuki dunia teknologi, Anda pun juga harus mengerti dulu apa itu facebook, jangan asal meluarkan kata larangan pada anak. Jadilah teman untuk anak Anda adalah prinsip utama yang harus dipegang agar komunikasi Anda dan anak bisa berjalan lancar,” katanya.

Dua pakar ini memiliki persepsi yang sama, bahwa berkomunikasi dengan anak memang gampang-gampang susah, tapi ada trik yang bisa Anda ikuti: (1). Usahakan selalu melakukan komunikasi dengan anak, meski sesibuk apapun. (2). Jadilah sahabat dari mereka , buang jauh fikiran bahwa Anda adalah orangtua yang harus selalu dihormati. (3) Turunkan ego Anda sebagai orangtua, saat melakukan komunikasi dengan anak. (3). Jadilah pendengar yang baik (4). Hormati apa yang menjadi pilihan mereka, namun bukan berarti Anda mengiyakan apapun keinginannya. (5). Beri pemahaman padanya apa yang baik dan apa yang buruk (6). Meluangkan waktu seperti bermain bersama, bisa membuat hubungan orangtua dan anak makin dekat, dan (7). Usahakan duduk bersama saat melakukan komunikasi. Jangan berdiri saat melakukan komunikasi dengan anak, sementara buah hati duduk sambil menunduk. Dekati mereka dengan duduk bersama, dengan begitu, apa yang menjadi keluhannya bisa dia keluarkan.

(c) vivanews.com

Jumat, 19 Februari 2010

"Mewahnya" Penjara Arthalita Suryani

Oleh : Imla W. Ilham, S.Ag

Masih ingat AYIN atau Artalyta Suryani ? Wanita paroh baya nan cantik ini, untuk kali kedua mengegerkan pentas hukum Indonesia. Dia masuk penjara lantaran menyuap jaksa Urip Tri Gunawan (UTG) untuk membereskan perkara BLBI Sjamsul Nursalim dan dunia hukum Indonesia geger se-geger gegernya. UTG kemudian "dihadiahi" 20 tahun penjara, Ayin mendapat "jatah" (hanya) 5 tahun penjara. Institusi kejaksaan RI-pun tertampar keras. Untuk kali kedua, Ayin kembali membuat heboh dunia hukum Indonesia. Kalau yang pertama menampar institusi kejaksaan, maka kali ini, Ayin "menampar" institusi Departemen Hukum dan HAM, khususnya Direktorat Lembaga Pemasyarakatan. Walaupun Ayin dihukum dalam penjara, rupanya "wanita markus jago lobi" ini hanya berpindah "hotel". Kamar tahanannya (sangat) mewah untuk ukuran sebuah penjara ideal. Berpenyejuk udara, dindingnya berlapis wallpaper bunga-bunga. Ada ruang karaoke dengan kursi empuk. Penguasaha wanita ini mendapatkan mewah, di atas meja tergeletak telepon genggam. Ada pula kulkas berisi sayuran. Temuan Satgas Pemberantasan Mafia Hukum tentang fasilitas mewah bagi napi tertentu di penjara, menyodorkan fakta bahwa penjara tak lepas dari praktik korupsi. Ditemukan, fasilitas khusus bagi napi berduit. Dibawah ini saya post beberapa foto tentang ruangan (tepatnya : ruangan hotel) penjara dimana Ayin menjalani hukumannya. Foto saya up-load dari www.detik.com dan www.okezone.com

(wuuuuh ...... penjara apa hotel niih !!!)


Selasa, 02 Februari 2010

Manfaat Mencukur Rambut Bayi

Ditulis ulang : Imla W. Ilham, S.Ag

Mencukur rambut bayi yang baru lahir buat sebagian kepercayaan orang dianggap bisa membuang sial. Rambut bawaan dari bayi baru lahir dianggap disenangi makhluk halus dan bikin si bayi penyakitan. Fakta yang benar mencukur rambut bayi adalah untuk alasan kesehatan. Tradisi mencukur rambut bayi di sebagian masyarakat Indonesia agak sedikit mistis sehingga ada yang mencukurnya saat bayi berusia 7 hari, ada pula yang mencukurnya saat berusia 40 hari. Sebagian orangtua percaya jika rambut anaknya dicukur maka nantinya akan tumbuh lebih tebal dan cepat. Tapi mitos ini tidak terbukti kebenarannya karena belum ada bukti ilmiah yang mendukungnya. Alasan orangtua untuk mencukur rambut bayinya mungkin lebih tepat untuk alasan kesehatan karena belum tentu akan membantu rambut tumbuh menjadi lebih tebal atau cepat.

Rambut seseorang tumbuh dari folikel (tabung rambut) yang berada di bawah permukaan kulit kepala. Jadi apapun yang dilakukan orang dengan rambut bagian luarnya tidak akan berpengaruh terhadap perkembangan dari folikel rambut itu sendiri. Sebenarnya sudah menjadi hal yang umum bahwa bayi akan kehilangan rambutnya selama enam bulan pertama. Hal ini disebut dengan telogen effluvium. Pada intinya rambut memiliki dua fase yaitu fase pertumbuhan dan fase istirahat. Rambut akan masuk ke fase istirahat jika tubuh sedang demam atau adanya perubahan hormonal. Rambut rontok biasanya dimulai saat memasuki tahap pertumbuhan yaitu saat usianya 3 bulan ke atas. Seorang bayi yang baru lahir, kadar hormonnya akan turun tepat setelah dilahirkan. Hal inilah yang menyebabkan rambut bayi terlihat tipis saat baru lahir. Jika orangtua memutuskan untuk mencukur rambut bayi, sebaiknya dilakukan saat bayi sedang tidur sehingga tidak banyak bergerak. Ini berguna agar tidak berisiko melukai kulit kepala bayi.

Mencukur rambut bayi sangat bagus untuk membersihkan kepala bayi dari kotoran atau lemak yang menempel di kepala saat bayi dilahirkan. Dengan begitu maka kepala bayi akan bersih dan menghindari kemungkinan munculnya penyakit akibat rambut yang tidak bersih. Selain itu jangan lupa untuk tetap menjaga kebersihan rambut si bayi dengan rajin keramas sambil dipijat ringan agar bayi tidak stres. Jadi tak ada salahnya untuk mencukur rambut bayi baru untuk alasan kesehatan agar lemak-lemak yang menempel di rambut dan kulit kepala saat lahir bisa dibersihkan.

(.................... Alhamdulillah, 2 anak saya ketika masih kecil selalu saya cukur rambut mereka !)

Sumber : detik.com/health/html

Budaya HANG OUT Pada Anak-Anak

Ditulis ulang : Imla W. Ilham, S.Ag

Pada kalangan dewasa, hang out menjadi media untuk bersosialisasi atau meeting dengan rekan kerja. Menjamurnya tempat-tempat yang nyaman untuk berkumpul bersama rekan dan kolega, seperti restoran, mal dan kafe mendorong kebiasaan ini menjadi sebuah kebutuhan. Kini, budaya ini telah memasuki komunitas kecil karena pengaruh kehidupan sosial yang terbiasa berkumpul di tempat-tempat tertentu layaknya orang dewasa. Menurut konselor pendidikan dari Universitas Paramadina, Fatchiah Kertamuda MSc, hang out diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan bersama teman sebaya maupun keluarga untuk rileksasi ataupun bersenang-senang. Pada dasarnya anak belum mengerti benar arti dari hang out. Di dalam benak anak, hang out diartikan sebatas pergi dan bersenang-senang bersama. Kegiatan belajar bersama atau bermain di rumah teman pun dikategorikan sebagai kegiatan hang out. Kebutuhan kegiatan hang out pada anak tentu berbeda dengan orang dewasa. Anak belum memiliki konsep kebutuhan layaknya orang dewasa. Mereka hanya mengikuti kebiasaan orang dewasa seperti mengobrol atau bersenda gurau di kafe, mal dan restoran. Namun, sebenarnya pada anak usia tertentu memang membutuhkan kegiatan untuk bersosialisasi. Hang out bisa jadi media untuk memenuhi tugas perkembangan anak. ”Mulai usia 7-8 tahun, anak belajar bergaul dengan teman sebaya, lebih mandiri, membentuk sikap terhadap kelompoknya, serta mengembangkan nurani, moralitas, dan sikap,” kata Fatchiah.

Psikolog perkembangan anak dari UI, Luth Savitri Msi,juga mengungkapkan kebersamaan dengan teman-teman menjadi hal penting bagi anak terutama di usia 9-10 tahun. Pada masa ini, anak ingin mencari tahu lingkungan di luar keluarga dan rumahnya, salah satu caranya hang out bersama teman. ’’Jadi jangan kaget jika terkadang anak terkesan suka membangkang atau memberontak karena pengaruh teman lebih besar dibandingkan orangtua,’’ ujarnya. Savitri menambahkan, Anak bisa mulai hang out tergantung dari lingkungan sosialnya, sejak kapan orangtua mengizinkan anak bersosialisasi bersama teman-temannya. Akan berbeda antara anak yang dibesarkan di lingkungan yang memiliki izin keluar rumah bersama teman-teman sejak SD, SMP, SMA, atau bahkan kuliah. Jika pada usia SD anak sudah diizinkan, maka budaya ini tentu lekat dan tidak asing dalam dirinya kelak, sehingga seringkali dijadikan kebutuhan oleh anak.

Melalui hang out, lanjut Savitri, anak juga dapat memastikan identitas dirinya, yaitu apakah tergolong populer atau tidak. Untuk masuk ke kelompok tertentu tak jarang anak akan memenuhi persyaratannya yang sering disebut dengan conformity. Alasan anak menyukai hang out, karena adanya perasaan kebersamaan bersama teman-teman. Mereka bisa sharing apapun tanpa takut dihakimi. ”Anak pun beranggapan dirinya sudah mampu menentukan pilihan, sehingga terkadang aturan dirasakan mengganggu. Sedangkan teman tidak memberikan aturan,” paparnya. Ditambah lagi, anak bisa membuat keputusan untuk dirinya sendiri dan orang lain serta merasa bebas melakukan kegiatan apapun. Umumnya kegiatan hang out yang biasa anak lakukan antara lain, makan dan minum di restoran cepat saji sambil mengobrol atau tukar menukar barang koleksi, menonton di bioskop, belanja, dan main games. ”Hang out dirasa anak sebagai salah satu kebutuhan tahapan perkembangan, yaitu kebutuhan sosialisasi dan autonominya,” kata Savitri.

Kegiatan berkelompok ini juga sangat mempengaruhi perkembangan sosial anak antara lain keinginan anak menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. Melalui hubungan dengan teman sebaya, anak akan belajar berpikir secara mandiri, mampu mengambil keputusan, serta menerima pandangan dan nilai-nilai selain dari lingkungan keluarga. Untuk diterima dalam lingkungannya, anak akan mempelajari pola perilaku yang diterima kelompoknya.”Melalui kegiatan ini maka akan terjadi transfer nilai baik hal-hal positif hingga yang bersifat negatif, ” kata Fatchiah. Tak jarang pula hal ini dapat mempengaruhi konsep diri anak. Apabila hang out tidak memberikan makna pada anak maka akan menyebabkan anak tidak nyaman dengan kelompoknya, misalnya minat atau kebiasaan dalam kelompoknya tidak sesuai dengan minatnya. Anak pun merasa ditolak dan tidak merasa diterima dalam kelompoknya. Alhasil, anak kesulitan menyesuaikan diri. ”Seringkali anak takut tidak diakui oleh teman-temannya sehingga akan berusaha mengikuti peraturan dalam kelompoknya meskipun buruk,” tambah Fatchiah. Fatchiah juga menyayangkan pilihan tempat hang out anak yang belum sesuai dengan tahapan perkembangannya seperti kafe, atau restoran. Penyebabnya, tempat-tempat tersebut umumnya lebih besar dimasuki komunitas orang dewasa dibanding anak-anak. Sehingga anak-anak pun semakin dekat dengan kebiasaan orang dewasa seperti merokok dan sebagainya. Sebab itu, orangtua harus mengamati pilihan tempat hang out anak. Sebaiknya pilih tempat yang memang memiliki unsur edukasi dan sesuai untuk anak-anak, misalnya sanggar kesenian, kebun binatang, arena bermain, dan sebagainya.

(berdasarkan "artikel" yang dikirim oleh salah seorang teman suami ke E-Mailnya/(c) : Mita Zoe)