Rabu, 30 Desember 2009

Pembelaan dan Integritas

Oleh : Imla W. Ilham

Kita ingat nabi Isa 'Alaihissalam difitnah sebagai anak haram dari perzinahan Siti Maryam (dalam tradisi Kristiani : bunda Maria), kemudian nabi Yusuf dituduh sebagai pemerkosa Siti Zulaikha, istri sang raja, Socrates dianggap oleh penguasa Athena Yunani kala itu telah merusak anak muda; dengan pemikiran-pemikiran "cerahnya", yang mulia Nabi Muhammad SAW. yang terus menerus dikatakan majnun (gila). Namun ingatkah kita bagaimana sejarah menuliskan sikap mereka ketika mendapati itu semua? Socrates sama sekali tak melakukan pembelaan padahal ia mampu, Nabi Muhammad SAW. tetap bergeming ketika menyuapi seorang pengemis buta yang selalu bercerita di sela-sela makannya bahwa Muhammad, sosok yang tak dikenalnya, adalah tukang sihir licik dan pembohong. Mereka sama-sama tak melakukan pembelaan.


Sikap mereka ini bagi saya merupakan bentuk sikap proaktif. Suatu sikap yang didasarkan pada keyakinan yang teguh bahwa kehormatan atau reputasi itu tidak berada di luar, namun di dalam diri. Karena sifatnya yang di dalam, jadi pihak luar tak kuasa untuk menjamah, mencoreng atau berbuat sesuatu yang akan merusak kehormatannya. Jadilah harga harga diri, kehormatan, dan reputasi mereka senantiasa terlindungi.


Apakah mereka hanya diam? Mungkin sikap dan tindakannya yang tak “melawan” dan tidak berusaha mengklarifikasi kabar fitnah dari orang lain itu kita baca sebagai tindakan diam. Namun sebenarnya, mereka berbicara banyak. Mereka menandingi musuh-musuhnya dengan gigih dan kuat. Bukan dengan klarifikasi, retorika, dan pengaduan. Namun dengan konsistensi dalam integritasnya.

Terinspirasi dari www.insanitis.com

Tidak ada komentar: