Selasa, 15 September 2009

Ramadhan yang "Mengasyikkan"

Oleh : Imla W. Ilham, S.Ag

Alhamdulillah, tak terasa beberapa hari lagi, Ramadhan 1430 H./2009 M. meninggalkan kita. Banyak "catatan-catatan manis" bagi keluarga kami selama Ramadhan kali ini. Sulungku Ifa, hingga Ramadhan hari ke-27, ia bisa berpuasa 26 hari. Itu artinya, hanya bolong satu hari. Dalam usia 6 tahun, kelas 1 Sekolah Dasar, sulungku yang sekarang kelihatan kurus-ramping (mungkin karena puasa), memiliki potensi bisa berpuasa 100 % selama Ramadhan kali ini, sungguh menurut saya adalah prestasi luar biasa. Saya melihat bahwa Ifa "benar-benar" puasa. Ia hampir tidak pernah tidur pada siang hari. Bersama dengan Adeknya dan teman-temannya yang mayoritas tidak berpuasa, Ifa selalu bermain sepeda, bahkan ditengah panas terik. Ia tak pernah nangis, minta "berbuka yang dipercepat". Saya dan suami baru kelas 3 SD (usia 9/10 tahun), mampu menuntaskan puasa satu bulan penuh, sementara sulung-ku justru di usianya yang 6 tahun. Saya dan suami sangat gembira ..................... SATU HAL : Ia telah mulai mengalahkan kami - ayah dan ibundanya - satu demi satu. SATU HAL LAGI : Ifa tak pernah minta "reward" karena prestasi-teologisnya ini. Sampai detik ini tak pernah keluar lontaran perkataan, "Ayah, belikan Ifa baju atau celana atawa jam tangan barbie karena Ifa bisa puasa", ............. Tak Pernah. Mungkin karena trenyuh, minggu lalu suami saya - Ayah Ifa - berjanji pada Ifa akan membelikan jam tangan mungil - "warna stroberry" - sebagaimana yang dahulu selalu diidam-idamkannya. "Ayah janji, nak", demikian kata suami saya belakangan ini setiap kami sekeluarga berbuka bersama.

Disamping kebahagiaan saya karena Ifa mampu berpuasa secara maksimal, ada kebahagiaan lain saya - Alhamdulillah, pemasangan keramik di rumah kami sudah rampung. Ifa juga telah memiliki kamar sendiri, demikian juga Adek dengan "tante Vera-nya" (pengasuh Ifa dan Adek). Saya dan suami memiliki kamar sendiri terpisah. Dan satu lagi kamar buat adik-adik saya dan suami yang laki-laki serta ruang perpusatakaan. Alhamdulillah, semuanya sudah ber-keramik.......... menurut saya sungguh indah. Keramik dengan warna putih agak kecoklatan dengan cat rumah "coklat kopi susu" ditingkahi dengan warna putih.

Di bulan Ramadhan ini pula, kami sekeluarga merasakan kenikmatan lain juga ........... selalu berbuka bersama. Suami saya yang siang hari cukup sibuk di kampus, biasanya pulang jelang berbuka. Sementara saya pulang jam 2 siang, lebih cepat dari hari-hari biasanya. Setelah berbuka dan Sholat Maghrib, suami saya biasanya pergi ceramah taraweh di berbagai masjid-musholla di Kota Padang ........ dan pulang jam 10.00 malam. Biasanya anak-anak sudah tidur. Sementara saya "tadarus-ringan" di rumah. Setelah saya hidangkan nasi (beliau biasanya dua kali makan malam, waktu berbuka dan pulang ceramah), ia makan dan setelah itu pergi ke kedai ........... biasa, "ma ota" dengan teman-temannya, dan ini berlangsung sampai jam 12.00 tengah malam. Saya tak melarangnya, paling-paling mengingatkan agar menjaga kesehatan. Namun terkadang saya juga bertanya, "mengapa ia tidak langsung istirahat ?". Dengan diplomatis ia akan menjawab, "saya ceramah santai dengan teman-teman di kedai karena mereka tak sempat dan mungkin tak mau pergi ke Masjid dan Musholla ........... substansi Masjid dan Musholla saya pindahkan ke kedai". Saya diam. Belakangan ini, saya juga pernah melihat ia menjadi "juru tulis" teman-temannya yang main domino. Ia tidak bisa main domino. Saya juga mulai protes....... mengapa harus domino, tidakkah itu sesuatu yang "tidak baik?". Ia kemudian menjawab, "siapa bilang domino itu tidak baik. Walaupun saya tak bisa main domino, bukan berarti saya harus menghakimi domino. Coba tunjukkan beda domino dengan judi. Domino ya domino, judi ya judi. Kalau main domino menggunakan taruhan, saya tak setuju, bahkan akan saya cegah. Tapi untuk sekedar main domino ........... apa bedanya dengan main sempoa dan catur..... mempertajam kemampuan matematik otak dan interaksi intra-personal", katanya. Saya kembali diam. Konon, dikomplek saya ada 3 orang yang dipanggil ustadz (biasa memberikan ceramah), dan 2 diantaranya "maniak domino", tapi tak termasuk suami saya .......... ia hanya sering menjadi "juru tulis".