Jumat, 22 November 2013

Sang Bungsu

Sang Bungsu : 
Mikaila Ilham







Kamis, 21 November 2013

Selasa, 12 November 2013

Untuk Afifa & Malika : "Dari Ayah"




Untuk anak gadisku yang sulung, si cantik bijak bestari, satu yang ingin ayahanda pesankan :
Nak ..... menanamlah !
Walau hanya Tuhan yang akan memanenkannya untukmu.



Untuk sang tengah, anak gadis ayah yang rajin mengaji dan menolong ibu, ayahanda berpesan :
Nak ..... bergeraklah !
Hanya orang yang bergerak, meninggalkan jejak

Sumber : 
FB Muhammad Ilham Fadli 
(Ayah Iffa - Malika - Mikaila)


Aku Ingin Membeli Waktu Ayah

Diketik ulang : Imla Wifra
(c) Diadaptasi dari buku "Mausu'ah al-Qashash al-Muatsirah", karya Ahmad Salim Baduwailan.


Bocah kecil itu menemui ayahnya yang kecapekan karena kerja. Sebab, dari pagi hingga sore, ia mengontrol berbagai proyeknya. Ia tidak punya waktu untuk tinggal di rumah, selain untuk makan dan tidur.

Bocah itu pun berkata, "Ayah, kenapa ayah tidak lagi mau bermain denganku dan bercerita kepadaku?
Aku sangat merindukan cerita-cerita ayah dan ingin bermain dengan ayah. Bagaimana bila hari ini ayah bermain sebentar denganku dan bercerita satu kisah saja kepadaku?"

"Anakku, Ayah tidak punya waktu untuk bermain. Karena, Ayah memiliki pekerjaan dan waktu Ayah sangat berharga," jawab ayahnya. "Berilah aku satu jam saja dari waktu ayah, karena aku sangat merindukan ayah." "Anakku, Ayah bekerja dan berjuang untuk kalian. Dan waktu satu jam yang engkau inginkan itu bisa Ayah pakai untuk memperoleh penghasilan tidak kurang dari 100 ribu. Jadi, Ayah tidak punya waktu untuk sesuatu yang sia-sia. Ayo, pergilah dan bermainlah bersama ibumu."

Hari demi hari berlalu, dan kesibukan sang ayah semakin bertambah. Suatu hari bocah itu melihat pintu ruang kerja ayahnya terbuka, sehingga ia pun masuk menemui ayahnya dan berkata, "Ayah, berilah aku 5 ribu." 

"Untuk apa? Setiap hari Ayah kan sudah memberimu lima ribu. Ayo, pergi sana. Ayah tidak akan memberimu apa-apa sekarang." Si anak pun pergi dengan perasaan sedih. Sementara, sang ayah duduk sembari berfikir tentang apa yang dilakukannya terhadap anaknya tadi. Ia pun memutuskan untuk pergi ke kamar anaknya, demi menghiburnya dan memberinya uang lima ribu. Bocah kecil itu sangat gembira menerima uang tersebut. Kemudian bocah itu langsung menuju ranjangnya dan membuka bantalnya. Ia pun mengumpulkan uang yang ada di bawahnya dan mulai merapikannya. Lima ribu rupiah tadi untuk melengkapi jumlah uangnya.

"Ayah, sekarang ambillah uang 100 ribu ini dan berilah aku waktu 1 jam dari waktu Ayah," ujar bocah yang polos itu.

Jumat, 13 September 2013

Dengan 3 Anak Perempuan, Saya adalah Insan yang Kaya


Oleh : Muhammad Ilham

Kamis, 5/9/2013 ........ Zuhur, pada Hayya 'Alashshollaaaah Alhamdulilllah

telah lahir anak ketiga kami, PADUSI, 3,9 kilogram, sehat dengan mata bening. Untuk sementara, saya beri nama UPIK. Pada titik ini saya kembali ingin mempertegas bahwa : "alangkah hina dina-nya seorang anak manusia, apabila melawan pada orang tuanya, wabil khusus IBU-nya". 


(sangat terkesima, terenyuh, haru, menangis ..... kala langsung melihat selama lebih 4 jam, seorang ibu bernama Imla Wifra Ilham berdarah-darah, berkeringat, menggigil menahan sakit yang teramat sangat ..... ketika melahirkan amanah Tuhan bernama ANAK)


Bunda adalah yang terhebat di dunia
sebab ia melahirkan kehidupan
dan memberi nyawa pada kata cinta."
Abdurahman Faiz (Nadya: Kisah dari Negeri yang Menggigil)



AFIFA Ilham (10 tahun)
MALIKA Ilham (8 tahun)
MIKAILA Ilham (10 hari)










Selasa, 30 Juli 2013

Afifa : (24 Juli 2003 - 24 Juli 2013)



# (24 Juli 2003 - 24 Juli 2013)







Afifa Ilham, hari ini 10 Tahun
Selamat Ulang Tahun Nak ! 
Saya sayang kamu dengan amat luar biasa !   

Nak .... bila suatu masa nanti  
kita ditakdirkan tidak pernah berjumpa
karena memiliki balasan yang berbeda-beda dari-NYA   
saya tetap merasa bahagia karena mempunyai takdir terinda 
.........  menjadi ayahmu!!. 
Dua tahun lagi, silahkan kamu menjadi pemilik blog ibunda-mu :

Sahabat Lintas Agama Malika Ilham



Sang Bungsu beta yang rajin mengaji, Malika Ilham, (8 Tahun, pakai jilbab) dengan sahabat karib-nya boru Nainggolan dan boru Sagala, dua sahabat kebanggaannya yang beragama Protestan.



Walau ia tak bisa merangkai kata, tapi dalam setiap diskusi saya dengannya tentang dua sahabatnya ini, sang Bungsu yang pernah Juara II MTQ anak-anak se Kecamatan Kuranji ini ingin mengatakan : "Persahabatan yang tulus dan hangat itu, bisa terjalin tanpa adanya sekat agama dan suku ".

:: Saya sayang padanya !

Kamis, 18 Juli 2013

Malam & Purnama


Sumber foto : (c) Erison J. Kambari
Lokasi di Bukittinggi, Sumatera Barat














Sabtu, 29 Juni 2013

Don't Hate Me Mom : "Saya Ibu Terburuk di Dunia Ini"


Ditulis ulang : Imla Wifra Ilham
Sumber (c) planetmotivasi @ Marry Scheleery

20 tahun yang lalu saya melahirkan seorang anak laki-laki, wajahnya lumayan tampan namun terlihat agak bodoh.Sam, suamiku, memberinya nama Eric. Semakin lama semakin nampak jelas bahwa anak ini memang agak terbelakang. Saya berniat memberikannya kepada orang lain saja untuk dijadikan budak atau pelayan. Namun Sam mencegah niat buruk itu. Akhirnya terpaksa saya membesarkannya juga.  Ditahun kedua setelah Eric dilahirkan sayapun melahirkan kembali seorang anak perempuan yang cantik mungil. Saya menamainya Angelica. Saya sangat menyayangi Angelica, demikian juga Sam. Seringkali kami mengajaknya pergi ke taman hiburan dan membelikannya pakaian anak-anak yang indah-indah… Namun tidak demikian halnya dengan Eric. Ia hanya memiliki beberapa stel pakaian butut. Sam berniat membelikannya, namun saya selalu melarangnya dengan dalih penghematan uang keluarga. Sam selalu menuruti perkataan saya. Saat usia Angelica 2 tahun Sam meninggal dunia. Eric sudah berumur 4 tahun kala itu. Keluarga kami menjadi semakin miskin dengan hutang yang semakin menumpuk. Akhirnya saya mengambil tindakan yang akan membuat saya menyesal seumur hidup. 

Saya pergi meninggalkan kampung kelahiran saya beserta Eric yang tertidur lelap. Kemudian saya tinggal di sebuah gubuk setelah rumah kami laku terjual untuk membayar hutang. Setahun…, 2 tahun…, 5 tahun…, 10 tahun… telah berlalu sejak kejadian itu. Saya telah menikah kembali dengan Brad, seorang pria dewasa. Ia adalah seorang pastor di gereja St. Maria. Usia pernikahan kami telah menginjak tahun kelima. Berkat Brad, sifat-sifat buruk saya yang semula pemarah, egois, dan tinggi hati, berubah sedikit demi sedikit menjadi lebih sabar dan penyayang. Angelica telah berumur 12 tahun dan kami menyekolahkan dia di asrama putri sekolah perawatan. Tidak ada lagi yang ingat tentang Eric dan tidak ada lagi yang mengingatnya. Sampai suatu malam… Malam dimana saya bermimpi tentang seorang anak… Wajahnya agak tampan namun tampak pucat sekali… Ia melihat ke arah saya. Sambil tersenyum ia berkata, “Tante, Tante kenal mama saya? Saya lindu cekali pada mommy!” 

Setelah berkata demikian ia mulai beranjak pergi, namun saya menahannya, “Tunggu…, sepertinya saya mengenalmu. Siapa namamu anak manis?” 

“Nama saya Elic, Tante.” “Eric…? Eric… Ya Tuhan! Kau benar-benar Eric???” 

Saya langsung tersentak dan bangun. Rasa bersalah, sesal dan berbagai perasaan aneh lainnya menerpa diri saya saat itu juga. Tiba-tiba terlintas kembali kisah ironis yang terjadi dulu seperti sebuah film yang diputar di kepala saya. Baru sekarang saya menyadari betapa jahatnya perbuatan saya dulu. Rasanya seperti mau mati saja saat itu. Ya, saya harus mati…, mati…, mati… Ketika tinggal seinchi jarak pisau yang akan saya goreskan ke pergelangan tangan, tiba-tiba bayangan Eric melintas kembali di pikiran saya. Ya Eric, mommy akan menjemputmu Eric… Sore itu saya memarkir mobil Civic biru saya disamping sebuah gubuk, dan Brad dengan pandangan heran menatap saya dari samping. “Mary, apa yang sebenarnya terjadi?” “Oh, Brad, kau pasti akan membenciku setelah saya menceritakan hal yang telah saya lakukan dulu,” tapi aku menceritakannya juga dengan terisak-isak… Ternyata Tuhan sungguh baik kepada saya. Ia telah memberikan suami yang begitu baik dan penuh pengertian. Setelah tangis saya reda, saya keluar dari mobil diikuti oleh Brad dari belakang. Mata saya menatap lekat pada gubuk yang terbentang dua meter dari hadapan saya. Saya mulai teringat betapa gubuk itu pernah saya tinggali beberapa bulan lamanya dan Eric… Eric… Saya meninggalkan Eric di sana 10 tahun yang lalu. 

Dengan perasaan sedih saya berlari menghampiri gubuk tersebut dan membuka pintu yang terbuat dari bambu itu… Gelap sekali… Tidak terlihat sesuatu apapun juga! Perlahan mata saya mulai terbiasa dengan kegelapan dalam ruangan kecil itu. Namun saya tidak menemukan siapapun juga di dalamnya. Hanya ada sepotong kain butut tergeletak di lantai tanah. Saya mengambil seraya mengamatinya dengan seksama… Mata mulai berkaca-kaca, saya mengenali potongan kain tersebut sebagai bekas baju butut yang dulu dikenakan Eric sehari-harinya. Beberapa saat kemudian, dengan perasaan yang sulit dilukiskan, sayapun keluar dari ruangan itu… Air mata saya mengalir dengan deras. Saat itu saya hanya diam saja. Sesaat kemudian saya dan Brad mulai menaiki mobil untuk meninggalkan tempat tersebut. Namun, saya melihat seseorang di belakang mobil kami. Saya sempat kaget sebab suasana saat itu gelap sekali. Kemudian terlihatlah wajah orang itu yang demikian kotor. Ternyata ia seorang wanita tua. Kembali saya tersentak kaget manakala ia tiba-tiba menegur saya dengan suaranya yang parau, “Heii…! Siapa kamu?! Mau apa kau kemari?!” 

Dengan memberanikan diri, sayapun bertanya, “Ibu, apa ibu kenal dengan seorang anak bernama Eric yang dulu tinggal di sini?” Ia menjawab, “Kalau kamu ibunya, kamu sungguh perempuan terkutuk!! 

Tahukah kamu, 10 tahun yang lalu sejak kamu meninggalkannya di sini, Eric terus menunggu ibunya dan memanggil, ‘Mommy…, mommy!’ Karena tidak tega, saya terkadang memberinya makan dan mengajaknya tinggal bersama saya. Walaupun saya orang miskin dan hanya bekerja sebagai pemulung sampah, namun saya tidak akan meninggalkan anak saya seperti itu! Tiga bulan yang lalu Eric meninggalkan secarik kertas ini. Ia belajar menulis setiap hari selama bertahun-tahun hanya untuk menulis ini untukmu…” Sayapun membaca tulisan di kertas itu… “Mommy, mengapa Mommy tidak pernah kembali lagi…? Mommy marah sama Eric, ya? Mom, biarlah Eric yang pergi saja, tapi Mommy harus berjanji kalau Mommy tidak akan marah lagi sama Eric. Bye, Mom…” 

Saya menjerit histeris membaca surat itu. “Bu, tolong katakan… Katakan di mana ia sekarang? Saya berjanji akan menyayanginya sekarang! Saya tidak akan meninggalkannya lagi, Bu! Tolong katakan…!!!” Brad memeluk tubuh saya yang bergetar keras. “Nyonya, semua sudah terlambat (dengan nada lembut). Sehari sebelum Nyonya datang, Eric telah meninggal dunia. Ia meninggal di belakang gubuk ini. Tubuhnya sangat kurus, ia sangat lemah. Hanya demi menunggumu ia rela bertahan di belakang gubuk ini tanpa ia berani masuk ke dalamnya. Ia takut apabila Mommy-nya datang, Mommy-nya akan pergi lagi bila melihatnya ada di dalam sana… Ia hanya berharap dapat melihat Mommy-nya dari belakang gubuk ini… Meskipun hujan deras, dengan kondisinya yang lemah ia terus bersikeras menunggu Nyonya di sana. Nyonya, dosa anda tidak terampuni!” 

Saya kemudian pingsan dan tidak ingat apa-apa lagi.

:: Sebuah kisah inspiratif dari Irlandia

Sabtu, 01 Juni 2013

Sang Sulung Beta (Nan) Ayu

Oleh : Imla W. Ilham

Tanpa terasa, Afifa Ilham, sudah menginjak usia 10 tahun. Saya dan suami masih menganggapnya sebagai anak kecil mungil kami. Namun, pada hari Rabu (22 Mei 2013) yang lalu, kala Iffa mengikuti acara perpisahan kakak kelasnya di sekolah, semuanya menjadi berubah.  Kebetulan hari itu, Iffa didaulat gurunya untuk menjadi salah seorang penari yang menarikan tari persembahan.  Saya dan suami tercengang. Ia begitu anggun dalam balutan pakaian adat Minangkabau. Ia bukan lagi anak kecil kami yang mungil, tapi sudah bermetamorfosis menjadi anak gadis kami nan ayu.  Ada terbersit rasa bangga yang teramat sangat, melihat Iffa begitu gemulai menari di pentas yang ditonton banyak orang. Ia begitu percaya diri. Tampilan Iffa pada hari itu, membuat saya dan ayahnya menjadi berfikir, "kita sudah mulai menua".




Afifa Ilham dan Sang Bungsu, Malika Ilham


Jumat, 31 Mei 2013

Kidung Anak : "Ketika Tak Sesuai Usia"

Ditulis ulang : Imla W. Ilham
Sumber (c) Pelangi Anak

“Kawin...kawin...minggu depan bakal kawin”...
“Kawin...kawin...tidur ada yang nemenin”...

Atau lagu berikut :

“Ku mencintaimu lebih dari apapun, meskipun tiada satu orangpun yang tahu”...
“Ku mencintamu sedalam-dalam hatiku, meskipun engkau hanya kekasih gelapku”...

Sebagian besar dari kita mungkin sudah tidak asing lagi, ketika syair-syair tersebut singgah menyapa gendang telinga kita. Tak hanya kita sebagai orang dewasa saja yang tersihir oleh syair tersebut, anak-anak pun juga mengalami hal serupa. Mereka seolah terbawa arus oleh derasnya kata-kata manis syair lagu tersebut. Menurut pengakuan seorang dosen di sebuah PTN, di sekitar tempat tinggalnya, beliau kerap mendengar lagu semacam “Batal Kawin” didendangkan oleh anak-anak yang terbilang masih dini. Atau coba kita pikirkan, anak-anak belajar tentang makna dari kata “Kekasih Gelapku”. Saya hanya bisa geleng-geleng kepala, ketika membayangkannya. 

Beberapa pihak yang terkait dengan dunia anak dan pemerhati anak, mungkin saja hanya bisa mengurut dada dengan kondisi anak-anak, yang dibombardir dengan lagu-lagu orang dewasa. Seperti yang kita tahu, lagu orang dewasa yang berisi tentang cerita cinta dan bumbu asmara beserta adegan mesra sebagai pelengkapnya disajikan sebagai menu yang setiap harinya hampir disantap oleh sebagian besar anak-anak. Padahal isi dari lagu-lagu tersebut, hanyalah fantasi, rekaan, dan bersifat sebagai hiburan semata. Ibarat baju, lagu-lagu tersebut sungguh tak pas dipakaikan pada anak-anak. Tentu saja kelonggaran, karena lagu-lagu tersebut memang selain tidak cocok untuk anak, lagu itu juga tidak diperuntukkan untuk usia dini.

(c) Pelangi Anak
Tapi kenyataanya sungguh mencenggangkan. Tengok saja ajang pencarian bakat menyanyi seperti "IDOLA CILIK". Saya juga heran, peserta idola cilik adalah anak-anak usia sekitar 7-11 tahun, dimana pada usia itu anak masih dalam masa perkembangan yang butuh asupan pendidikan moral dan budi pekerti, tapi sudah dicekoki dengan lagu-lagu orang dewasa. Lucunya saat pentas di panggung mereka juga menyanyikan lagu orang dewasa dengan gaya orang dewasa juga, sehingga gaya asli anak-anaknya hilang. Gaya mereka seolah sudah disetel dan diarahkan oleh koreografi, tidak ada kebebasan dan kreativitas untuk menciptakan gaya mereka sendiri yang khas anak-anak. Atau coba tengok acara "Happy Song Holiday", dimana pesertanya yang anak-anak juga fasih menyanyikan lagu-lagu orang dewasa ketimbang lagu anak anak. Mereka bahkan hapal di luar kepala, ketika menebak judul lagu yang diputarkan. Bagaimana tidak, hampir semua stasiun televisi setiap waktu menghidangkan acara pemutaran klip lagu orang dewasa.

Dewasa ini jarang bahkan nyaris tak ada lagi penyanyi lagu anak-anak yang menggantikan penyanyi yang telah pensiun karena telah beranjak remaja. Saat ini pun jarang terdengar lagu anak-anak, demikian juga penyanyinya, bisa dikatakan amat minim. Pencipta lagu anak-anak juga tidak sebanyak dulu. Mungkin pasar industri hanya sedikit tertarik untuk memasarkan lagu anak-anak. Karena disamping sepi pendengar, juga takut tak laku dijual. Sebab anak-anak sekarang lebih tertarik mendengar lagu dewasa ketimbang lagu yang sesuai dengan umurnya. Kalau begini terus lama-kelamaan anak-anak akan menganggap lagu anak-anak itu kampungan dan kuno. Padahal lagu anak-anak dirancang khusus dan diciptakan untuk anak-anak yang sesuai dengan perkembangannya. Selain itu mengandung pesan yang berisi tentang ajaran moral dan budi pekerti.

Bukan salah bunda mengandung. Kira-kita itulah ungkapan yang tepat, bahwa sejatinya memang orangtua tidak bisa disalahkan 100%, ketika mereka sudah berusaha membatasi atau menyeleksi tontonan dan lagu-lagu orang dewasa, apabila lingkungan sekitar tidak berperan serta dalam mendukung. Bisa jadi mereka bergaul dengan anak-anak yang sudah terkontaminasi dengan tontonan dan lagu-lagu orang gede. Lantas kalau sudah begini, mau dikemanakan generasi penerus bangsa kita? Apakah mereka akan melenggang dengan fantasi cinta-cintaan ditengah makin ketatnya persaingan prestasi yang membutuhkan keunggulan tinggi? Yang bukan hanya sekedar cinta-cintaan belaka. 

Minggu, 17 Maret 2013

Serenande Ayah buat Iffa dan Malika Ilham

Oleh : Ayah Iffa & Malika Ilham 

Nak, Ayah kalian barangkali tak kan pernah bisa menjadi orang kaya. Jadi, pandai-pandailah menempatkan diri kalian sebagai anak orang biasa. Nak, Ayah kalian barangkali tak selalu mampu menyediakan pangan terbaik, tapi jangan terlalu khawatir Nak, itu tak berarti ayah tak selalu berusaha penuhi kebutuhan nutrisi untuk tumbuh kembang kalian. Percayalah Nak, banyak orang hebat di dunia ini yang terlahir, tumbuh, dan berkembang, hanya dengan mengkonsumsi penganan sederhana. Nak, kelak ayah kalian barangkali tidak bisa menyekolahkan kalian di sekolah-sekolah unggulan, tapi jangan terlalu risau Nak, Sekolah unggulan bukanlah jaminan untuk bisa menjadi orang baik kelak. Percayalah Nak, banyak orang mencapai kejayaan hidupnya tanpa bersekolah disekolah-sekolah unggulan nan mahal itu. 

Nak, kelak ayah kalian barangkali tak mampu penuhi kebutuhan kalian untuk gaul, tapi jangan ragu Nak, banyak orang-orang rendah hati di luar sana yang dengan tulus mau berteman dengan kalian, meski kalian tak punya modal untuk dicap gaul. Nak, kelak andai kalian merasa tak memiliki intelejensi di atas rata-rata, jangan terlalu cemas akan masa depan kalian. Yakinlah, dengan tekad dan keuletan, masa depan gemilang tak mustahil tetap dapat kalian raih - tapi ingat Nak, kalian tak akan mampu tanpa DOA... Nak, andai kelak banyak orang meremehkan kalian atas apa yang cuma mampu kalian raih dan lakukan, tak usah bersedih Nak, Sepanjang hidup, Ayah kalian juga mengalami banyak perlakuan tidak simpatik, diremehkan bahkan dilecehkan, Tapi yakinlah Nak, Semua itu tak akan mempengaruhi rencana Tuhan atas diri kalian, Sejuta pelecehan manusia atas diri kalian, tak akan mampu mengalahkan kuasa Tuhan jika Dia ingin memuliakan kalian. Maka dari itu Nak, cuma pada Nya respek tertinggi perlu kalian berikan. Nak, tak perlu gamang menjalani kehidupan, tak perlu terlalu risau dengan segala atribut dunia yang barangkali tidak akan pernah bisa kalian miliki, karena kalian hanya butuh hati yang bersih dan hasrat yang kuat untuk mengarungi anugrah kehidupan ini.....!!.




Kugendong kalian berdua, sepulang dari Musholla, kemudian kita bertiga duduk di depan rumah bercerita tentang HIDUP yang SEDERHANA tapi bermakna, sambil memakan JAGUNG rebus yang sore tadi baru ayah beli di Pinggiran Jalan dari seorang Ibu Tua, 6 buah 10.000,- dan kubiarkan kalian memakan JAGUNG yang pernah dimakan oleh HATTA dan SYAHRIR di Pembuangan mereka. Mungkin Jagung Rebus adalah batas kemampuan ayah hari ini "menyayangi" kalian, tapi MAKAN dengan HATI jauh lebih BERGIZI... !! ... 

(Inspired : Zone Forester)

Jumat, 01 Maret 2013

Afifa Ilham & Tan Malaka

Oleh : Ayah Iffa dan Malika Ilham

(1). Setelah pulang dari mengaji di Musholla dan menyerap materi kaji tentang baik-buruk, kiri-kanan dan seterusnya. (2). Setelah ibunya mengatakan bahwa Tan Malaka adalah pejuang dan pahlawan Indonesia dari kelompok kiri.

(1) dan (2) digabungkannya, jadilah kemudian ia bertanya pada saya : 
"Ayah, Tan Malaka itu Jelek ... ya ?". 
 
"Memangnya mengapa ?", tanya saya sambil menyeruput teh manis yang tak hangat betul.


"Kata guru ngaji, apabila kita menerima catatan amal nantinya di akhirat dari tangan kiri, berarti kita akan masuk neraka. Tadi ibu bilang, Tan Malaka yang gambarnya ada di kamar belakang itu berasal dari kelompok kiri", jawabnya. 
 

Saya (kemudian) diam, dan dalam hati saya (hanya) bergumam, "tak harus saya jelaskan tentang pertanyaannya itu !". 

Lalu saya ambil tustel dan berkata, "Iffa, selalu yang Kiri untuk membersihkan kotoran. Mari kita berfoto di depan-nya !".


Afifa Ilham, putri sulung terkasih saya
Tak juara kelas
Tapi pintar dari kacamata saya
Penyenang hati, pelipur lara
Penyuka belimbing yang ditanam ibundanya di samping rumah
Saya sayang padannya
Teramat nian