Selasa, 14 Agustus 2012

Iffa & Pesantren Ramadhan

Oleh : Imla W. Ilham


Pukul 23.34 WIB
Dalam hening malam
Iffa Ilham menyelesaikan rangkaian Muhasabah
di Pesantren Musholla pinggir sawah
Sedu sedannya, buat beta sabak
Tapi yang pasti
Apa yang dilaluinya selama ramadhan ini
Ibarat lampu di tengah rimba
Baginya !!

Salam sahabat, kamu telah lalui ramadhan ini dengan makna !!
::  Dari Ayah dan Bunda !


















Sumber foto : johannes bachir

Iffa, Pelangi & Kekeringan


# sebagaimana yang dikatakan iffa ilham, pada ayahnya.

ayah
sudah sekian lama
Iffa tak memandang pelangi
  demikian Iffa Ilham di suatu sore, pada ayahnya

Kota Padang pinggiran sedang kekeringan. 
Semoga pelangi yang dirindukan Iffa segera datang
yang bermula dari hujan.

Sumber Foto : rukman r.

Sabtu, 11 Agustus 2012

Aku Harus Bagaimana ?

# Catatan ayah Iffa dan Malika Ilham

Sebuah puisi kritis KH. Mustofa Bisri yang ditulis ulang ayah Iffa dan Malika Ilham di stat facebooknya serta menghubungkannya dengan pengalaman personal yang pernah dirasakan oleh beliau. Berikut :

AKU HARUS BAGAIMANA
(KH Mustofa Bisri)

aku pergi tahlil, kau bilang itu amalan jahil
aku baca shalawat burdah, kau bilang itu bid’ah
lalu aku harus bagaimana…?

aku bertawasul dengan baik, kau bilang aku musrik
aku ikut majlis zikir, kau bilang aku kafir
lalu aku harus bagaimana…?

aku shalat pakai lafadz niat, kau bilang aku sesat
aku mengadakan maulid, kau bilang tak ada dalil yang valid
lalu aku harus bagaimana…?

aku gemar berziarah, kau bilang aku alap-alap berkah
aku mengadakan selametan, kau bilang aku pemuja setan
lalu aku harus bagaimana…?

aku pergi yasinan, kau bilang itu tak membawa kebaikan
aku ikuti tasawuf sufi, malah kau suruh aku menjauhi

ya sudahlah… aku ikut kalian…

kan ku pakai celana cingkrang, agar kau senang
kan kupanjangkan jenggot, agar dikira berbobot
kan ku hitamkan jidat, agar dikira ahli ijtihad
aku kan sering menghujat, biar dikira hebat
aku kan sering mencela, biar dikira mulia

ya sudahlah… aku pasrah pada Tuhan yang ku sembah… !!




















(sebuah nukilan kritis berbentuk puisi dari KH. MUSTOFA BISRI anak dari KH. BISRI MUSTOFA - Hadratusyeikh Nahdlatul Ulama. Dianggap sebagai salah seorang ulama besar NU selain, misalnya Ulama-Ulama Langitan. Satu generasi dengan Gus Dur. Termasuk salah satu idola "generasi muda/intelektual muda NU". Hobinya : membaca kitab dan berkumpul dengan seniman dan rakyat biasa)

:: siap sholat Taraweh tadi, saya (ditanya : tepatnya) dikritisi oleh seorang jama'ah bahwa sholat itu pakai kain sarung, bukan celana panjang, karena itu BID'AH. Dan ia mendefenisikan BID'AH sebagai "tidak pernah dilakukan Rasulullah dalam ritual ibadah". Berangkat dari ini, saya kemudian mengatakan, "mari kita beri penguatan makna BID'AH tersebut".

- Orang yang tidak sayang sama istri dan anak-anaknya .... ITU BID'AH (karena Nabi SAW. tidak pernah melakukan ini)
- Orang yang tidak ramah pada tetangganya, ITU BID'AH (karena Nabi SAW. dikenal orang yang ramah, murah senyum lagi menyenangkan hati orang banyak)
- Orang yang tidak mau berbeda pendapat, ITU BID'AH (karena Nabi SAW. yang Ummi tersebut bahkan mau mendengar masukan dan arahan dari sahabat dan anaknya sendiri yang perempuan)
- Dan seterusnya.

Lantas Jama'ah saya tadi berkata, "Itu Bukan Ritual Ibadah, pak!".
Saya jawab, "saya hargai pendapat Bapak, tapi izinkan saya memiliki pendapat ..... Bapak adalah SEKULER, karena ibadah bagi Bapak hanyalah sebatas Sarung dan Celana doank. Padahal, TACIRIK-pun bisa jadi ibadah".
Alhamdulillah beliau tersenyum. Kami-pun minum AQUA gelas di Musholla sambil terus ma ota-ota (sesuatu yang dahulunya - bila meminjam versi Bapak tadi - juga BID'AH).

Terlepas dari apa yang diutarakan di atas, saya hanya ingin mengatakan, "Wallahu a'lam bish shawab".

Sumber foto : lkis.org
Sumber : Muhammad Ilham Fadli Facebook 

Rabu, 08 Agustus 2012

Mahkota Nomor Tiga yang Tak Jadi


# catatan & suara hati ayah Iffa - Malika Ilham,

Ketika ibunda harus menyerah pada takdir bahwa Iffa & Malika Ilham belum diamanahi oleh Allah SWT., seorang adik. Padahal usia "sang adik" ini telah empat purnama. Di sore hari, Ramadhan ke-19, ayah dan ibunda Iffa - Malika menghadapi kenyataan bahwa ibunda tak bisa lagi mempertahankan "sang adik" dalam rahim ibunda yang hening dan nyaman. Allah Maha Besar lagi Maha Mengetahui.


Tuhan Maha Berkehendak
Walau rindu tak tertunai
Tuhan tidak mengabulkan apa yang aku pinta
Tapi DIA menjawab apa yang aku butuhkan.

(Hening, Rabu Pukul 01:23 WIB - mahkota nomor tiga yang tak jadi)

Buat ananda Iffa & Malika, ayah dan bunda minta maaf, karena adik yang kalian berdua idam-idamkan, tidak tertunaikan. Semoga di masa nanti, keinginan itu terkabulkan. Yakinlah, Allah SWT. punya maksud pada keluarga kecil kita, yang pasti baik. 



sumber : Muhammad Ilham Fadli facebook

Fakir dan Yatim Menunggu


# Catatan ramadhan penggal "ketiga"

Daku lemah di jalanan ini tuan
Muka ku bersimbah peluh malu
Akulah gelandangan di jalan
Yatim yang tak punya naungan
Fakir yang buruk rupa
Masih kah engkau mau melirikku
Duhai yang kekayaannya tiada terkira ?

Arrghh......tangisku pilu !

Ramadhan sudah mendekati ujung, lebaran hampir tiba
Fakir dan Yatim menunggu, untuk berbahagia bersama kita


 Sumber teks & tulisan : (sebagian) dari  hening rumah hati
 

Banjir Bandang di Bulan Ramadhan

Ditulis ulang : Imla Wifra Ilham

Ramadhan 1433 H./2012 M. ini, kota Padang kembali diuji Allah SWT., terjadinya banjir bandang. Banjir bandang yang terjadi di Kota Padang awal bulan Ramadhan, tepatnya hari Selasa (24/7) menyebabkan 1.003 unit rumah penduduk mengalami kerusakan. Nilai kerugiannya diperkirakan mencapai Rp 40 miliar. Kepala Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo mengatakan, dari 1.003 unit rumah tersebut, 190 unit rumah rusak berat, 332 rumah rusak sedang, dan 481 rumah rusak ringan.  "Dua orang luka ringan. Sebanyak 3.636 jiwa mengungsi. Selain itu terdapat bangunan rusak berat yaitu sekolah 2 unit, puskesmas 1 unit, rumah ibadah 11 unit, dan saluran irigasi 11 unit. Kerusakan lain adalah jalan dan jembatan," kata Sutopo dalam rilis detik.com. Dampak bencana tersebar di 24 keluruhan dari 6 kecamatan di Kota Padang. Enam kecamatan yang terdapak banjir tersebut adalah: Kecamatan Pauh (4 kelurahan), Kec. Lubuk Begalung (5 kel), Kec. Nanggalo (4 kel), Kec Lubuk Kilangan (5 kel), Kec Kuranji (4 kel), Kec Bungus Teluk Kabung, dan Kec. Padang Timur. Kerusakan terparah terjadi di Kec. Pauh dimana 64 rumah rusak berat, 48 rumah rusak sedang, dan 17 rusak ringan. Nilai kerugiannya diperkirakan mencapai Rp 40 miliar. Gubernur Sumatera Barat telah mengeluarkan surat keputusan terkait pelaksanaan tanggap darurat bencana alam banjir ini selama 30 hari terhitung sejak ditetapkan. Penanganan darurat masih dilaksanakan oleh BPBD Sumatera Barat dan BPBD Kota Padang beserta unsur lainnya seperti TNI, Polri, Dinas Kesehatan, Dinas PU, Tagana, PMI dan masyarakat lainnya.

Allah tidak menguji hambanya di luar batas kemampuan hambanya (Al-Qur'an)








sumber foto : Mak Itam (cc: Muhammad Ilham Fadli Facebook)

Berbeda Itu Hikmah

Oleh : Imla Wifra Ilham 

Dalam perjalanan sejarah Eropa,  defenisi aliran sesat adalah orang yang dianggap berlawanan dengan otoritas gereja. Dalam perjalanan sejarah Islam, defenisi aliran sesat adalah orang yang tidak masuk ke dalam "mainstream" atau kelompok mayoritas. Padahal, yang berhak menentukan benar tak benar tersebut adalah Sang Maha Benar. Tak selamanya, mayoritas itu benar dan tak pula seragam itu indah. Ajaran Islam bahkan mengatakan bahwa "berbeda itu hikmah". Hikmah itu indah dan penuh kebaikan. Karena itu, jangan anggap perbedaan merusak tatanan keindahan, karena terkadang berbeda itu justru melahirkan harmoni. 













sumber foto's : bincorner.com (cc : Facebook Muhammad Ilham Fadli)

 

Kamis, 02 Agustus 2012

Bersama Itu ... Indah !


# Catatan Ramadhan Ayah Iffa & Malika Ilham


Kebersamaan itu melahirkan harmoni
Sangat Indah
Terima kasih atas ilmu yang saya dapatkan hari ini
Dari sahabat semua
Semoga berkah
 Salam damai, Allah SWT. sayang pada hamba-hambaNya 


Sumber Foto : indonesiangeographic

 

Bernas dan Bening dari Imam Ali bin Abi Thalib












Sumber : Quthril Ilim Maktabah (cc) Muhammad Ilham Fadli FB

Rabu, 01 Agustus 2012

Tak Turun Derajatmu di Sisi Tuhan


# Catatan Ramadhan Ayah Iffa & Malika Ilham

Walaupun agamaku memberikan daya tawar tinggi padaku yang berjenis kelamin laki-laki, namun yakinlah, saya ingin meneladani Baginda Yang Mulia, Muhammad SAW. Beliau yang rajin berolah raga (tentunya olah fisik masa itu : berkuda dan memanah) dan mempraktekkan hidup sehat tersebut,   tak memberikan contoh bahwa Khadijah-lah yang harus meminta maaf padanya terlebih dahulu.  Muhammad SAW. yang rajin meminum susu kambing itu justru memuliakan wanita.

(edisi Ramadhan malam pertama : "bapak-bapak, jangan anda tunggu istrimu terlebih dahulu minta maaf jelang ramadhan, tak turun derajatmu, bila kamu yang pertama sekali mengulurkan tangan)

  Sumber Foto : search via google.com/luv.islam.com

Afifa @ Iffa Ilham Menapaki Angka 9 Tahun

Oleh : Muhammad Ilham & Imla W. Ilham 

Tuhan mencipta cahaya 
Manusia mencipta lampu 
(Sitok S.)  
Ah .... Anak selalu mengandung hal-hal yang mempesonakan. Tanpa terasa, usiamu sudah menginjak 9 tahun. Sudah sekian purnama kamu lalui. Tiap kali matamu terpejam, menyiapkan tubuhmu untuk sekolah besok pagi, ada pertanyaan-pertanyaan yang selalu mendatangi aku, ayahmu : "Apa sebenarnya rencana Tuhan dengan dirimu ? Apa sebabnya pada suatu hari sembilan tahun yang lalu, kamu dititipkan-NYA kepadaku - hingga saya bahagia seumpama ibumu, sekaligus cemas ?". Entah mengapa pertanyaan ini selalu muncul ? Padahal pujangga India - Rabindranath Tagore pernah berujar  : "setiap anak tiba dengan pesan bahwa Tuhan belum jera dengan manusia". Anakku, mari kita bicara Statistik. Di India, kampungnya Tagore, 22 juta bayi - lebih kurang - dilahirkan setiap tahun. Ini berarti tiap hari lahir 60.000 nyawa, 20 anak per menit. Jangan dibayangkan, berapa bayi yang melihat dunia di negeri Cina. Dengan statistik sekencang itu, benarkah Tuhan mengirimkan pesan yang sama ?. 

Anakku, kian hari dunia kian penuh. Jumlah orang lapar tak berkurang, meskipun orang kenyang bertambah. Jumlah kesempatan bertambah, meskipun kesempitan tak berkurang. Tiga tahun lalu, pada pagi di bulan Juli, saya lihat orang-orang tua berduyun-duyung antre untuk mendaftarkan anaknya masuk Sekolah Dasar. Tak semuanya dapat tempat. Tak semuanya mampu untuk sekedar mendapatkan sebuah kursi, sepotong ruang dan secercah perhatian ibu guru. Kau beruntung nak, mendapatkannya. Awal sebuah perjalanan panjang. Apa sebenarnya rencana Tuhan padamu ? Ah ... kamu sendiri tak akan mampu menjawabnya, harusnya ayah yang menanyakan hal itu pada Tuhan. Tapi itulah repotnya .... tak mudah mendapat jawaban dari-Nya. Maka lebih baik kuletakkan tanganku di rambutmu dan berharap, "Datanglah dan duduklah dalam haribaan yang tak terbatas anakku". Aku ingin kamu seperti air yang mengalir, karena kamu pantas untuk mengalir. Biarlah ayah seumpama air diam. Karena kamu butuh bercermin di kediamannya air, karena kamu tidak akan dapat melihat bayangan dirimu di dalam air yang mengalir, pada air yang diam itulah kamu bisa bercermin - pada ayah dan ibunda.






Selamat Ulang Tahun, Nak ..... Afifa Ilham 
(24 Juli 2003 - 24 Juli 2012).
Ayah sayang kamu.
Ibunda mu-pun begitu
Sayang kami tak bertepi
Sebagaimana pada adikmu - Malika Ilham - yang selalu kamu jaga
Kalian berdua adalah permata
Mutu Manikam Zamrud paling berharga
Titipan Allah Azza wa Jalla




Bukan Pada Otak, Tapi Pada Akhlak


# edisi ramadhan, malam ke 13

Saya teringat dengan Francis Bacon. Dalam Meditationes Sacrae, Bacon mengatakan bahwa yang berilmu belum tentu adalah yang paling manusiawi. Jika tidak, kita boleh katakan Henri Poincare adalah yang paling manusiawi dalam sejarah manusia karena kepintarannya dalam merumuskan matematik ruang-masa, atau si penemu "rumus keramat E=Mc2" Albert Einstein dan master Fisika Kuantum Stephen Hawkings. Ternyata, jawabannya lain. Yang paling manusiawi, itu akhirnya terletak pada akhlak. Islam memilih kata akhlak karena percaya pada sistem nilai-nilainya yang tersendiri. Apa itu nilai-nilai akhlak Islam? Jawabannya ada pada Nabi Muhammad SAW. nan agung lagi berhati jernih, pada murah senyum, pada cinta keluarga, pada menghormati wanita, pada ranum merah pipi Aisyah ketika dipuja puji putra Abdullah ini, pada suka berbagi ilmu, sayang pada sesama - siapapun Ia, selalu memberi contoh terindah, memudahkan urusan, dan selalu menjaga kesehatan. 
 
 
Sumber : Facebook Ayah Iffa & Malika Ilham (Muhammad Ilham Fadli FB)