Kamis, 21 April 2011

Dunia Anak : "Tuan, Jangan Kauganggu Permainanku ini"

Oleh : Imla W. Ilham, S.Ag

Orang bijak senantiasa berkata : "Pada anak kamu akan temukan kebeningan". Karena itu pulalah, suatu waktu, dahulu, pujangga besar India, Rabindranath Tagore mengatakan bahwa anak adalah pesan Tuhan. Kehadiran anak menunjukkan Tuhan tidak pernah bosan pada manusia, demikian Tagore. Karena itu, temukanlah ketulusan, kebeningan dan keluguan pada anak-anak. Berbahagialah orang yang selalu mau belajar pada anak-anak. Dengarlah apa yang dinukilkan Sapardi Joko Damono dengan "Ditangan Anak-Anak" berikut :

Di tangan anak-anak
Kertas menjelma perahu Sinbad yang tak takluk pada gelombang
Menjelma burung .yang jeritnya membukakan kelopak-kelopak bunga di hutan
Di mulut anak-anak, kata menjelma Kitab Suci.
"Tuan, jangan kauganggu permainanku ini."



Lalu, penyair legendaris Libanon, sang maestro Gibran Kahlil Gibran melihat anak sebagai perwujudan Cinta orang tua dalam "Sang Tanya Anak"

Konon pada suatu desa terpencil
Terdapat sebuah keluarga
Terdiri dari sang ayah dan ibu
Serta seorang anak gadis muda dan naif!

Pada suatu hari sang anak bertanya pada sang ibu!
Ibu! Mengapa aku dilahirkan wanita?
Sang ibu menjawab,”Kerana ibu lebih kuat dari ayah!”
Sang anak terdiam dan berkata,”Kenapa jadi begitu?”

Sang anak pun bertanya kepada sang ayah!
Ayah! Kenapa ibu lebih kuat dari ayah?
Ayah pun menjawab,”Kerana ibumu seorang wanita!!!
Sang anak kembali terdiam.

Dan sang anak pun kembali bertanya!
Ayah! Apakah aku lebih kuat dari ayah?
Dan sang ayah pun kembali menjawab,” Iya, kau adalah yang terkuat!”
Sang anak kembali terdiam dan sesekali mengerut dahinya.

Dan dia pun kembali melontarkan pertanyaan yang lain.
Ayah! Apakah aku lebih kuat dari ibu?
Ayah kembali menjawab,”Iya kaulah yang terhebat dan terkuat!”
“Kenapa ayah, kenapa aku yang terkuat?” Sang anak pun kembali melontarkan pertanyaan.

Sang ayah pun menjawab dengan perlahan dan penuh kelembutan. “Kerana engkau adalah buah dari cintanya!
Cinta yang dapat membuat semua manusia tertunduk dan terdiam. Cinta yang dapat membuat semua manusia buta, tuli serta bisu!

Dan kau adalah segalanya buat kami.
Kebahagiaanmu adalah kebahagiaan kami.
Tawamu adalah tawa kami.
Tangismu adalah air mata kami.
Dan cintamu adalah cinta kami.

Dan sang anak pun kembali bertanya!
Apa itu Cinta, Ayah?
Apa itu cinta, Ibu?
Sang ayah dan ibu pun tersenyum!
Dan mereka pun menjawab,”Kau, kau adalah cinta kami sayang..”



Keingintahuan mereka tentang buku dan ilmu pengetahuan .... mencengangkan !
(Kunjungan ke Toko Buku Gramedia)

Mereka memahami bagaimana mulianya pekerjaan "om-om" Pemadam Kebakaran
(Kunjungan ke Dinas Pemadam Kebakaran)

Mereka melihat dengan kekaguman, bukan perasaan takut pada "om" Polisi
(Kunjungan ke Mapolda Sumatera Barat)

Kami cinta Indonesia, lihatlah, kami terus belajar untuk "khusuk" dalam Upacara Bendera
(17 Agustusan di Halaman Depan PAUD Citra Al Madina Padang)

Kunjungan ke Padang TV

Laut Ciptaan dan Karunia Allah
(Outing ke Pantai Padang)


Manasik Haji


(Kunjungan ke Bank Indonesia)


Ayooo nak, berbaris rapi. Kita kedatangan tamu, Teacher Takada Kota dari Tokyo. Lihatlah, Teacher Kota sudah berdiri di depan. Mari menyanyi Kokoronotomo !

Mendampingi "anak-anakku" murid PAUD Citra Al Madina dalam berbagai kegiatan outing
(Foto : koleksi pribadi)



Foto : Koleksi Pribadi Imla

Aku dan Kompor Gas Quantum

Oleh : Imla Wifra Ilham


Bermula kisah dari Andre “Stinky” Taulani. Iklan Kompor Gas merk Quantum yang ditayangkan di beberapa TV swasta, menarik perhatian dua kecil putri mungil saya, Iffa Ilham dan Malika Ilham. Andre Taulany yang merupakan salah seorang personil “Opera van Java” – yang juga menjadi tontonan favorit keluarga saya – menjadi bintang iklannya. Kebetulan, beberapa bulan lalu, saya dan suami berencana ingin “bermetamorfosis” dalam urusan kompor. Selama ini, kami lebih merasa nyaman menggunakan kompor berbahan bakar minyak tanah. Mengingat borosnya pemakaian minyak tanah, ditambah lagi asap kompor minyak tanah ini membuat loteng dan dinding dapur menghitam, akhirnya saya dan suami berencana menggunakan kompor gas. Ketika kami berdua sepakat, suami saya bertanya, “apa merk kompor gas yang elegan, hemat dan tidak berbahaya” (hehehehe …. permintaannya three in one). Langsung dengan spontan, dua putri mungil kami menyela, “kompor Quantum saja ibu”. Suami saya bertanya, “kenapa harus Quantum ?”. Si bungsu menjawab, “tidak panas dan hemat gas” (belakangan kami-pun tahu, “tidak panas dan hemat gas” merupakan bagian dari kata-kata yang diucapkan Andre Taulany dalam iklan kompor gas Quantum tersebut). Klop-lah. Saya dan suami bersepakat untuk membeli kompor gas ber-merk Quantum. “Tidak panas dan hemat gas” setidaknya mengakomodir permintaan three in one suami saya, walaupun hanya two in one, sekaligus mengabulkan rekomendasi dua putri mungil kami.

Melalui seorang kenalan yang orang tuanya mempunyai toko alat-alat elektronik, yang tentunya juga menjual kompor gas berbagai merk, saya kemudian memesan kompor gas Quantum ini. Setelah di cek merk kompor gas merk Quantum tidak ada di toko elektronik orang tua kenalan saya ini. “Quantum ini merk yang berkualitas sehingga harganya agak mahal sehingga tidak banyak dijual di pasaran, tapi saya bisa mengusahakannya”, kata orang tua kenalan saya ini. Ia kemudian mencari ke distributor resmi di kota Padang. Akhirnya kompor gas merk Quantum ini dapat dan kemudian diantar kerumah kami oleh kenalan saya tersebut. Sesampai di rumah, kompor gas ini kemudian dipasang dan selanjutnya dinyalakan. Namun kompor gas ini tidak menyala. Petunjuk-pun sudah dibaca. Kenalan saya ini sudah biasa menggunakan kompor gas “merk lain”, jadi dia sudah terbiasa menggunakan “prosedur tetap” agar kompor gas bisa menyala. Tetangga-pun sudah saya hubungi dengan harapan mereka bisa membantu. Maklum, banyak diantara mereka yang sudah lama menggunakan kompor gas. Tapi tetap, ikhtiar ini tak membuahkan hasil …. kompor gas bermerk Quantum ini tidak bisa menyala. Kenalan saya ini langsung menghubungi orang tuanya dan menceritakan kondisi ini. “Lho kenapa tidak menyala ? Waktu saya beli di distributor, kompor ini sudah saya tes, hidup !”, kata orang tua kenalan saya ini melalui handphone. Praktis, hari itu kompor Quantum tidak bisa menyala.


Besoknya, orang tua kenalan saya ini langsung menyuruh anak laki-lakinya datang ke rumah saya. Anak laki-laki ini adalah adik laki-laki dari kenalan saya tadi. Ucok, namanya. Setelah di coba, di utak-atik, buku penuntun kembali dilihat, si-Quantum ini tetap juga tidak menyala. “Iyolah paniang wak ma, lah banyak kompor nan den pasang, tibo di Quantum koa mati kutu wak !” (pusing saya, sudah banyak saya memasang peralatan kompor gas, baru kali ini saya mati kutu!), kata si Ucok. Saya lihat, Ucok mulai kebingungan. Kemudian ia menelepon distributor tempat Quantum ini di pesan. Diceritakan keadaan kompor gas Quantum yang tidak bisa menyala ini. Oleh pihak distributor disarankan agar teknisinya dijemput. Si Ucok kemudian berangkat ke kantor distributor yang jaraknya lebih kurang 15 kilometer dengan sepeda motor. Pulang pergi, 30 kilometer. Hampir satu jam, si Ucok bersama dengan seorang teknisi, tiba ke rumah saya. Teknisi ini kemudian langsung ke dapur dan melihat kondisi kompor. Sesaat kemudian, ia langsung membalikkan posisi “kembang api” yang telah terpasang (sebelumnya posisi “kembang api” tersebut, wadah yang bergerigi menghadap ke atas). Setelah dibalikkannya, wadah “kembang api” yang tidak bergerigi menghadap ke atas. Seterusnya dinyalakan ……… nyala deh !. Kemudian saya tertawa, tepatnya terbahak-bahak. Teknisinya heran, “mengapa ibu tertawa ?”. “Saya beranggapan ada kerusakan berarti pada kompor gas Quantum ini. Sejak kemaren saya dan kenalan saya ini, bahkan tetangga saya, mengutak-atik si Quantum ini. Bahkan buku petunjuk telah kami baca. Tak hidup jua. Rupanya, gara-gara posisi letak kembang api yang tidak tepat, Quantum tak menyala”. Kami semua-pun tertawa. Gara-gara posisi “kembang api” yang sebenarnya terkesan simple, membuat kenalan saya, tetangga dan si-Ucok pusing serta “menyerah”.

Ketika suami saya pulang dari kampus, saya ceritakan kejadian “kembang api” nan lucu ini. Ia-pun tertawa sambil berjalan ke arah dapur. Saya lihat, ia merasa puas melihat texture dan performance Quantum ini. “Gagah dan elegan”, katanya. Saya merasa senang. Dua putri kami menyela, “Quantum, tidak panas dan hemat gas”. Three ini one suami saya nampaknya terkabul sudah. Dan hingga hari ini, sudah tiga bulan, kompor gas Quantum masih menyala. Memang hemat !. Terima kasih putri mungilku yang telah memperkenalkan Quantum pada saya. Dan meneer Andre, setiap kali iklan Quantum anda keluar, putri kami senang dan spontan berkata, “Quantum, tidak panas dan hemat gas !”. Biasanya si-bungsu meningkahinya dengan ucapan, “minta jagungnya dong !”. Rupanya, si Andre ini diatas mobil Quantum sedang makan jagung rebus.

(Alhamdulillah, artikel ini menjadi Pemenang II Penulisan di Tabloid GENIE tentang topik "Aku dan Kompor Gas Quantum").

Sabtu, 09 April 2011

Kalila wa Dimna, Dongeng Fabel Menarik dari Dunia Muslim

Ditulis ulang : Imla W. Ilham, S.Ag

Kisah macam ‘Kancil Mencuri Timur’ juga dikenal di dunia Arab. Salah satu buku dongeng binatang yang dikenal Muslim sejak lama ialah “Kalila wa Dimna”. Buku ini adalah salah satu karya terlaris selama dua ribu tahun dan hingga kini masih digemari banyak orang di dunia Arab. Buku yang berarti Kalila dan Dimna–dinamai dari dua anjing hutan yang menjadi karakter utama–ditulis sebagai panduan dan instruksi pelayanan sipil. Kisah-kisahnya begitu menghibur hingga diterima di setiap kelas, menjadi dongeng rakyat di dunia Muslim. Orang Arab membawa kisah-kisah itu ke Spanyol, di sana buku tersebut diterjemahkan ke Bahasa Spanyol Tua, pada abad ke-13. Saat diterjemahkan ke dalam Bahasa Italia, itu merupakan kali pertama buku tampil dalam versi cetak, setelah mesin cetak ditemukan. Kalila dan Dimna aslinya ditulis dalam Bahasa Sansekerta, diperkirakan dari Kashmir pada abad ke-4. Dalam Sansekerta buku ini disebut Panchatantra atau “Lima Wacana”. Buku tersebut sebenarnya ditulis untuk tiga pangeran muda yang telah membuat guru mereka putus asa dan sang ayah terganggu.

Raja takut memercayakan kerajaannya ke para putranya yang tak mampu menguasai pelajaran paling mendasar. Raja mendatangi wazirnya yang bijaksana untuk meminta bantuan dan si wazir pun menulis Panchatantra. Buku itu mengungkapkan kebijaksanaan besar dalam kisah-kisah fabel binatang yang mudah dicerna. Enam bulan kemudian para pangeran sudah berada di jalan kebijaksanaan. Ketika raja mangkat, mereka menggantikan kepemimpinan ayahnya dengan penuh keadilan. Dua ratus tahun kemudian, seorang shah Persia mengutus dokter pribadinya, Burzoe, ke India untuk menemukan jenis herbal tertentu yang konon mampu menghadirkan kehidupan abadi bagi mereka yang memakannya. Alih-alih, Burzoe malah membawa satu salinan Panchatantra, yang ia klaim sama baiknya dengan herbal ajaib karena ia menghadirkan kebijaksanaan besar ke pembacanya. Shah memerintahkan Burzoe mengalihbahasakan ke Pehlavi, bentuk kuno Bahasa Persia. Ia begitu menyukai buku itu hingga menyimpannya dalam satu ruang khusus di dalam istananya. Tiga ratus tahun berselang, setelah Muslim menguasai Persia dan Timur Dekat, seorang Persia yang telah memeluk Islam, bernama Ibnu al Mukaffah, menemukan buku itu dalam bahasa Pehlavi terjemahan Burzoe. Ia pun mengalihbahasakan lagi ke Arab dengan gaya penuturan begitu mengalir hingga sampai sekarang orang masih menganggapnya model prosa asli Arab.

Keberadaan buku tersebut menyebar ke berbagai negara termasuk Yunani, yang menjadi cikal sumber terjemahan versi berbagai bahasa di Eropa, mulai Latin, Slavia dan Jerman. Sementara versi Bahasa Arabnya juga diterjemahkan ke Bahasa Ethopia, Suriah, Persia, Turki, Melayu, Jawa, Laos dan Siam. Pada abad ke-19 Kalila wa Dimna diterjemahkan ke Hindustan, dengan demikian melengkapi siklus yang dimulai 1.700 lalu di Kashmir. Tidak semua versi adalah terjemahan sederhana. Buku itu sudah diperluas, diperpendek, mengalami modifikasi, penambahan dan penghilangan figur serta dipermak oleh sejumlah penerjemah dengan jumlah tak terhitung. Salah satu kisah di bawah ini tidak termasuk dalam versi Sansekerta, juga tak ada di sebagian besar manuskrip Arab salinan Ibnu al Mukaffah, namun yang menarik ia telah memasuki daratan Eropa–masih dianggap dongeng dari Arab–dan menjadi kisah cukup terkenal di sana, berjudul “Memasang Bel ke Leher Kucing. Cerita serupa mungkin bisa ditemukan di antologi dongeng lain, juga dalam Brothers Grimm. Bedanya, tikus-tikus Arab menyelesaikan masalah mereka jauh lebih tajam ketimbang sepupu mereka di barat. Berikut kisahnya.

“Dahulu di tanah para Brahma terdapatlah sebuah rawa bernama Dawran yang membentang di semua penjuru dengan jarak ribuan kilometer. Di tengah rawa tersebut ada sebuah kota bernama Aydazinum. Kota itu memiliki banyak daya tarik, keistimewaan dan penduduknya sangat sejahtera hingga bisa mendapatkan apa pun yang mereka mau. Dalam kota ada seekor tikus bernama Mahraz, ia memimpin seluruh tikus yang hidup di kota itu dan juga desa-desa di pinggir kota. Ia memiliki tiga wazir yang siap memberi nasehat untuk bermacam urusan. Suatu hari para wazir berkumpul di hadapan raja tikus untuk mendiskusikan berargam masalah. Di tengah perbincangan, raja berkata, “Apakah mungkin membebaskan diri kita dari teror turun-menurun yang kita dan juga nenek moyang kita rasakan terhadap kucing?” “Meski kita hidup nyaman dan memiliki banyak kesenangan dalam hidup, ketakutan kita terhadap Kucing telah melenyapkan semua kenikmatan tersebut. Saya harap kalian bisa memberi saran bagaimana mengatasi masalah ini. Apa yang kalian pikir harus kita lakukan?”

“Saran saya,” ujar wazir pertama, “adalah mengumpulkan sebanyak mungkin lonceng kecil dan mengalungkan bel itu ke leher setiap kucing sehingga kita dapat mendengar mereka datang dan memiliki waktu untuk bersembunyi di lubang-lubang kita.” Raja menoleh ke wazir kedua dan berkata,” Bagaimana menurut kamu saran kolegamu?” “Saya kira itu saran buruk,” ujar wazir kedua. “Setelah mengumpulkan semua bel yang dibutuhkan, lalu siapa yang berani memasang ke leher bahkan anak kucing terkecil sekalipun, apalagi tipe kucing jalanan veteran?” “Dalam opini saya, kita harus bermigrasi dari kota dan tingga di desa selama setahun hingga orang-orang kota berpikir bahwa mereka dapat mulai mengeluarkan kucing karena tak punya sumber buruan. Orang-orang akan menendang mereka keluar, atau mungkin membunuh para kucing. Mereka akan tersebar dan hidup liar dan tak lagi cocok untuk kucing rumahan. Lalu kita dapat pulang kembali dengan aman ke kota dan hidup selamanya tanpa cemas terhadap kucing.” Raja, sepertinya masih tak puas dengan jawaban wazir kedua menolah lagi ke wazir ketiga, yang terbijak. “Bagaimana dengan ide tersebut?” “Gagasan yang sangat menyedihkan,” balas wazir ketiga, “Jika kita meninggalkan kota dan tinggal di desa bagaimana kita pastikan bahwa kucing-kucing itu akan menghilang dalam satu tahun? Bagaimana pula dengan kesulitan yang akan kita alami? Kehidupan di alam penuh dengan binatang liar yang juga suka makan tikus, dan mereka bisa melakukan hal lebih buruk ketimbang yang dilakukan kucing.”

“Kamu benar tentang itu,” ujar sang raja. “Jadi apa yang kamu pikir seharusnya dilakukan?”

“Saya dapat menyarankan satu rencana yang paling masuk akal. Raja harus memanggil seluruh tikus di kota dan kawasan sub urban dan memerintahkan mereka membangun lorong di dalam rumah-rumah orang terkaya yang menghubungkan ke semua ruang dalam rumah,” ujar wazir ketiga.

“Lalu kita akan masuk ke terowongan itu, tapi kita tak akan menyentuh makanan manusia. Alih-alih kita konsentrasi merusak pakaian, tempat tidur dan karpet mereka. Ketika melihat kerusakan itu, ia akan berpikir. ‘Wah satu kucing sepertinya tak bisa mengatasi banyak tikus di sini!’ Dan ia pasti akan menambah satu lagi kucing piaraan,” ujar Wazir.

“Begitu kucing ditambah, kita pun menambah jumlah kerusakan, benar-benar merobek pakaian-pakaian mereka. Ia pasti akan menambah satu lagi kucing, lalu kita tambah lagi kerusakan hingga tiga kali lipat. Itu seharusnya membuat mereka berhenti dan berpikir ‘Hei, kerusakan hanya sedikit ketika aku memiliki satu kucing. Makin banyak kucing, semakin banyak tikus,’ seolah-olah itulah yang terlihat” ujar wazir ketiga lagi.

“Jadi ia akan mencoba sebuah eksperimen. Ia akan menyingkirkan satu kucingnya. Saat itu pula kita akan turunkan jumlah kerusakan, menjadi dua pertiga saja. Si pemilik pasti berpikir, ‘Aneh sekali,’. Ia lalu menyingkirkan satu lagi kucing lain. Lagi, kita pun kurangi kerusakan hingga hanya sepertiganya. Ia pun akan terdorong untuk menyingkirkan satu lagi kucing tersisa.

Saat itu pula kita hentikan aksi dan tidak merusak apa pun. Ia akan menemukan hal besar. ‘Wah ternyata bukan tikus,’. Ia pasti bakal pergi ke para tetangga kaya lain untuk memberi tahu itu. Karena ia adalah orang terkaya dan dihormati maka semua akan mempercayainya dan mulai membuang kucing-kucing mereka ke jalan atau bahkan membunuh mereka. Kemudian setiap kali melihat kucing, mereka akan mengejar dan membunuhnya.”

Raja Mahraz pun mengikuti saran wazir ketiga. Butuh waktu tak terlalu lama hingga tidak satupun kucing berada di kota tersebut. Bila mereka melihat lubang di pakaian mereka, orang-orang tetap yakin bahwa itu adalah ulah kucing.

Kini, jika tu terjadi, mereka pasti berkata, “Seekor kucing pasti menyelinap ke rumah tadi malam. Seekor kucing pasti mengendap-endap di kota tadi malam.” Alhasil, dengan strategi itu, para tikus benar-benar berhasil membebaskan diri dari warisan rasa takut turun-temurun terhadap kucing.

Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Sumber: Muslim Heritage (Republika.co.id)

Jumat, 08 April 2011

Dari Pelatihan Tenaga PAUD Se-Kabupaten Pasaman Barat

Oleh : Imla W. Ilham, S.Ag

Pasaman Barat (Sumbar), BAKINNews. Didukung oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan Dewan Pengurus Kabupaten Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Yayasan Citra Al-Madina Pasaman Barat menyelenggarakan Pelatihan dan Seminar Tenaga Pendidik PAUD se Pasaman Barat di Simpang Empat Kec. Pasaman Kab. Pasaman Barat. Acara yang dilaksanakan pada tanggal 4-5 Februari di Hotel Gucci dan Gedung Pemda Pasaman Barat ini dihadiri oleh lebih kurang 100 orang guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) se Pasaman Barat, Dinas Pendidikan Propinsi Sumatera Barat, Asisten I Pemda Pasman Barat, Kepala Dinas Pendidikan Kab. Pasaman Barat serta pengurus KNPI Pasaman Barat. Pada kesempatan tersebut, Hj. Emma Yohanna selaku Ketua Yayasan Citra Al-Madina sekaligus merupakan salah seorang Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI) Daerah Pemilihan Sumatera Barat menyampaikan sambutannya.

Dalam rangka meningkatkan kemajuan pendidikan pada usia dini, maka dirinya secara pribadi sekaligus termasuk elemen pemerintahan merasa terpanggil untuk melakukan pelatihan dan seminar bagi para guru-guru PAUD. Hal ini dikatakannya mengingat besarnya harapan bangsa pada dunia pendidikan. Oleh karena itu, menurut Emma Yohanna, untuk memajukan nila-nilai pendidikan bagi para anak-anak usia dini perlu terlebih dahulu memantapkan mutu tenaga pendidiknya. Dalam konfirmasinya kepada BAKINNews, Sabtu (5/2) Hj. Emma Yohanna didampingi sekretaris pribadinya, Febri S.P mengatakan, “acara ini dapat terselenggara atas kerjasama Kementerian Pendidikan Nasional dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Pasaman Barat. Selain itu, kita sama-sama berharap, semoga apa-apa yang diperoleh oleh para guru-guru peserta Pelatihan dan Seminar Tenaga Pendidik PAUD ini dapat terealiasi dilapangan nantinya. Sehingga akan menghasilkan anak-anak usia dini yang intelektual dan kreatif cara berfikir dan belajarnya,” jelas Hj. Emma Yohanna.

Sedangkan yang menjadi narasumber pada acara Pelatihan dan Seminar Tenaga Pendidik PAUD se Pasaman Barat itu adalah Petro Alexi dari Jakarta dan Drs. Johni Nurdin dari Dinas Pendidikan Prop. Sumatera Barat. Selain itu juga hadir narasumber dari Yayasan Citra Al-Madina Padang, Imla Wifra, S.Ag., dan Eriyanti, A.Md. Selaku Panitia, Ketua KNPI Pasaman Barat, Adrianto, S.Ag., mengatakan, dalam sambutannya, “semoga acara ini dapat bermanfaat khususnya bagi kalangan pendidikan anak usia dini.” Selain itu, dirinya juga berharap agar acara yang seperti ini dapat dilakukan secara continiu. Hal ini dikatakannya demi mensukseskan cita-cita bangsa dalam memajukan pendidikan khususnya didaerah pedesaan.

Jumat, 01 April 2011

Biasakan Anak Minum Air Putih Sejak Kecil

Ditulis ulang : Imla W. Ilham

Jika disodorkan dua gelas jenis minuman yakni segelas air putih (air mineral) dan segelas minuman berwarna dan berasa (contoh air sirup), kebanyakan anak pasti akan memilih minuman yang berwarna ketimbang air putih. Meskipun tidak ada larangan untuk mengkonsumsi air yang berwarna dan berasa, namun mengkonsumsi air putih jauh lebih baik, karena mineral pada air sangat baik untuk menjaga kesehatan. Seperti yang dikutip dari buku 'Air Bagi Kesehatan', air minum yang aman untuk dikonsumsi harus memenuhi semua persyaratan kualitas air minum, yang meliputi persyaratan fisik (jernih, tidak berbau, dan tidak berasa), mikrobiologi (tidak boleh mengandung mikroba patogen, virus, bakteri, parasit) , kimiawi (mengandung garam mineral namun tidak boleh mengandung zat kimia berbahaya), dan radioaktif (bebas dari zat radioaktif). Supaya si kecil gemar minum air putih (air mineral), mulailah ajarkan anak untuk terbiasa minum air putih setiap ia merasa haus atau minimal satu gelas air putih setiap satu jam.

"Mulailah kenalkan kebiasaaan minum air putih pada anak sejak dini. Karena ketika anak sudah mengenal jenis variasi minuman, maka anak akan lebih tertarik untuk minum minuman yang berwarna dan berasa," jelas DR. dr. Saptawati Bardosono, MSc, ahli gizi dari Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI), dalam acara 'Hydration and Health', beberapa waktu lalu, di Jakarta. Dr. Saptawati pun memberikan tips agar anak gemar minum air putih. Namun demikian, orangtua harus sabar karena anak yang sudah terlanjur menyukai minuman yang berwarna dan berasa biasanya akan sedikit sulit untuk meningalkan kebiasaannya tersebut dan beralih menggemari air putih.
  • Hidangkan air putih dalam gelas yang dapat menarik perhatian anak, seperti gelas yang bergambar tokoh idolanya atau gelas yang berwarna-warni.
  • Berikan variasi dalam segelas air putih yaitu dengan memberikan potongan buah-buahan, seperti strawberry, pepaya, apel atau buah yang menjadi kesukaan si kecil.
  • Berikan sedotan warna-warni didalam gelasnya.
Sumber : http://www.hanyawanita.com/