Senin, 13 Desember 2010

Cinta Amniotik : Buat IFA dan ADEK

Ditulis ulang : Imla W. Ilham

" ..... Buat anakku Ifa dan Adek !!"

Beberapa hari lagi sebelum kehadiranmu, atau bahkan beberapa jam? Aku tak persis tahu. Banyak yang ingin kuucapkan, tapi sepertinya kaulah yang sudah tahu. Sekian lama kita bernapas bersama, bergerak bersama, merasa bersama. Kau begitu dekat bahkan bersatu dengan tubuhku, tapi tetap saja, di sini aku menanti kehadiranmu. Perjalananmu kelak hanyalah dari perutku menuju dekapanku. Namun itulah perjalanan yang akan mengubah kita berdua. Mengubah dunia. Saat kau tiba, aku tak lagi menjadi manusia yang sama. Dan kau juga akan melihat dunia yang berbeda: terra firma. Selapis kulit saja tabir yang membatasi kita, tapi sungguh berkuasa. Perjalananmu, kata kau dulu, adalah perjalanan yang akan mengingatkan mereka yang lupa. Termasuk aku. Keterpisahan adalah ilusi. Dunia jasad dan dunia roh, dunia materi dan dunia energi; hanyalah dua sisi dari koin yang sama. Hidup tak pernah berakhir mati. Hidup hanya berganti wujud. Dan sepanjang perjalanan bernama hidup, kau dan aku, kita semua, hanya berjalan menembusi satu tabir itu saja. Membolak-balik koin yang sama. Menyeberangi selapis kulit dan daging sebagaimana yang membatasi kita kini.

Kau datang, dengan segala kegenapanmu. Kau datang, bahkan sudah dengan nama. Kau datang, dengan segala pelajaran dan kebijaksanaan. Namun kau juga akan sejenak lupa, katamu dulu. Sama seperti kita semua yang dibuat lupa saat menyeberangi tabir itu. Tolong ingatkan aku, pintamu. Aku memilihmu karena kita pernah sama-sama berjanji pada satu sama lain, lanjutmu lagi. Saat kita berdua masih sama-sama ingat. Saat kita berdua masih sama-sama di sisi lain dari koin ini. Entah bagaimana aku harus mencintaimu. Kau lebih seperti guru sekaligus sahabat. Waktu kau tiba dalam bentuk mungil dan rapuh nanti, biarlah alam yang mengajarkanku untuk mencintaimu lagi dari nol. Seolah kita tak pernah bertemu sebelumnya, seolah kita tak pernah bercakap-cakap bagai dua manusia dewasa, karena dalam bahasa jiwa semua “seolah” yang kusebut barusan tiada guna. Waktu, usia, dan perbedaan jasad kita, lagi-lagi hanyalah hadiah dari sisi koin di mana kita sekarang tinggal. Hadiah yang harus direngkuh dan diterima.

Sembilan bulan ini mereka bilang aku tengah mengandungmu. Aku ingin bilang, mereka salah. Kamulah yang mengandungku. Seorang ibu yang mengandung anak di rahimnya sesungguhnya sedang berada dalam rahim yang lebih besar lagi. Dalam rahim itu, sang ibu dibentuk dan ditempa. Embrio kecil itu mengemudikan hati, tubuh, dan hidupnya. Terima kasih telah mengandungku; menempatkanku dalam rimba amniotik di mana aku belajar ulang untuk mengapung bersama hidup, untuk berserah dan menerima apa pun yang kau persembahkan. Kini dan nanti. Manis, pahit, sakit, senang, kau ajari aku untuk berenang bersama itu semua, sebagaimana kau tengah berenang dalam tubuhku dan merasakan apa yang kurasa, mengecap apa yang kumakan, menghirup udara yang kuendus—tanpa bisa pilih-pilih. Kau terima semua yang kupersembahkan bagimu. Terima kasih untuk perjalanan ini. Untuk pilihanmu datang melalui aku. Untuk pilihanmu hadir di tengah keluarga mungil ini. Untuk proses yang tak selalu mudah tapi selalu indah.

Sumber : (c) Dewi Lestari

Foto (IFA ketika AQIQAH - usia 21 hari/Agustus 2003)

Kamis, 09 Desember 2010

ASI yang Terpinggirkan

Ditulis ulang : Imla W. Ilham

" Ya dunk, kita beri anak susu bubuk terbaik. Pokoknya, susu kualitas terbaik. Kalau kita menyusui anak kita, kita juga harus perhatikan bodi kita dunk. Takut nggak kenceng lagi !" (Seorang selebritis wanita, kala ditanya tentang ASI dan menyusui di sebuah TV Swasta)


Anakku,…
Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah
Atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu,
Maka ibu memilih menyusuimu,
Karena dengan menyusuimu
Ibu telah membekali hidupmu
Dengan tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang sangat berharga
Merasakan kehangatan bibir dan badanmu
Didada ibu dalam kantuk ibu,
Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan

(Dikutip dari Bila Ibu Boleh Memilih, kumpulan puisi hati Ratih Sanggarwati)



Badan PBB untuk anak-anak, Unicef menilai Indonesia sebagai target utama penjualan susu formula. Agar bayi-bayi tetap memiliki kesempatan untuk mendapat ASI eksklusif, pemerintah perlu bertindak. "Indonesia merupakan salah satu target dari perusahaan susu formula karena pangsa pasarnya yang prospektif. Dan ini adalah masalah yang serius sehinga butuh regulasi," ujar David Clark, pakar nutrisi dari Unicef (United Nations Children Fund) dalam acara Oneasia Breastfeeding Partners Forum 7, di Hotel Grand Flora Kemang, Selasa (9/11/2010). David menuturkan susu formula merupakan produk yang dapat memberikan keuntungan besar dengan harga jual yang tinggi. Karenanya perusahaan susu formula tidak menyukai adanya regulasi di setiap negara, karena regulasi ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat penjualan.

Berdasarkan data Euro Monitor Report, produsen susu formula menargetkan peningkatan sebesar 37 persen dalam jangka waktu 2008-2013. Target tersebut meliputi negara-negara di Asia Pasifik terutama China dan Indonesia. Padahal seperti yang telah diketahui, bayi yang tidak mendapatkan ASI punya risiko gangguan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan. Dampaknya, anak menjadi gampang sakit-sakitan, mengalami obesitas yang nantinya memicu berbagai penyakit misalnya jantung,diabetes atau penyakit kardiovaskuler. Indonesia sedang memproses peraturan pemerintah yang diharapkan bisa meningkatkan pemberian ASI ekskusif pada bayi. Kemenkes saat ini juga sudah mulai melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke rumah sakit dan klinik dalam hal mencegah promosi susu formula di pusat pelayanan dan juga petugas kesehatan. Kampanye ASI eksklusif bagi ibu-ibu menyusui juga perlu digalakkan kembali agar penjualan susu formula berkurang dengan sendirinya, sehingga diharapkan anak-anak menjadi lebih sehat serta cerdas (Sumber : www.detikhealth.com)

Angka NOL dan Angka SATU

Ditulis ulang : Imla W. Ilham, S.Ag

Cobalah sebutkan angka terbesar yang kita ketahui, dan kalikanlah dengan angka nol, kita akan mendapatkan hasil selalu Nol. Cobalah sebutkan angka terkecil yang kita ketahui, dan bagilah dengan angka Nol, kita akan mendapatkan hasil tidak terhingga. Sedang angka 1, berapapun angka yang kita sebutkan, dibagi ataupun dikali hasilnya selalu sama dengan bilangan itu sendiri. Angka Nol adalah representasi dari KEIKHLASAN. KEIKHLASAN selalu membawa/ membuahkan KEBERKAHAN. Angka Satu adalah representasi kebalikan dari KEIKHLASAN. Dan KETIDAK IKHLASAN tidak pernah membawa keberkahan. Manusia dengan kehidupannya, pada awalnya dan masa kanakkanaknya berada pada posisi angka Nol. Semakin dewasa, dengan segala pengalaman hidupnya dia akan bergerak naik turun ke arah 1 atau ke arah 0. Orang yang mengikuti hawa nafsunya, akan semakin mendekati ke angka 1. Pada saat mencapai angka 1, dia akan menuhankan dirinya. Dia akan merasa bahwa dunia sudah digenggamnya dan itu atas usaha dan jerih payahnya. Tampak sekali kesombongan selalu muncul dari tingkah lakunya. Orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya, dia akan bergerak ke arah Nol, menuju ke fitrahnya kembali. Orang seperti ini selalu rendah hati (bukan rendah diri), selalu tawadlu, berserah diri dan bertawakal, baik pada saat diberi kelebihan maupun kekurangan.

Dari sisi rizki, orang yang berada pada angka 1, apabila misalnya mendapatkan rizki Rp. 1.000.000,-, maka itulah uang yang diperolehnya, tidak lebih dan tidak kurang. Nilai keberkahannya adalah 1 juta rupiah dibagi 1 sama dengan 1 juta rupiah. Orang yang berada pada angka 0, apabila misalnya mendapatkan rizki Rp. 1.000.000,-, maka nilai keberkahannya adalah tak terhingga. Berapapun rizki yang diperoleh, dia mendapatkan rizki yang berkah tidak terhingga. Orang dengan angka Nol ini derajat keikhlasannya sudah tertinggi, sehingga berapapun yang diperoleh, selalu dapat mencukupi dirinya, bahkan mampu menolong orang lain. Orang dengan angka 0 hanya terdapat pada para Nabi. Semakin ikhlas seseorang, semakin mendekat ke arah 0. Misalnya 0.2, maka nilai keberkahannya adalah 1 Juta dibagi 0.2 = Rp 5.000.000,-. Sebaliknya, pada saat orang mendapatkan halangan dan cobaan. Orang-orang yang ikhlas, yang memiliki angka 0, berapapun bilangan halangan dan cobaannya, dikalikan dengan 0 akan sama dengan 0. Dia tidak pernah merasakan beban apapun terhadap halangan dan cobaan yang menimpanya. Sedangkan pada orang yang berbilangan 1, dia akan merasakan sakit, stress dan bahkan sakit jiwa atau berputus asa, karena dia selalu merasakan gejolak jiwa sesuai dengan besar dan kecilnya cobaan.

Itulah keikhlasan yang terkait dengan keberkahan. Keikhlasan adalah dari hati, dan hanya hati kita sendiri dan Allah saja yang mengetahui. Maka, seorang penjual es keliling yang menyumbangkan Rp 2.000,- ke kotak Masjid secara ikhlas, sangat jauh nilainya di depan Allah dibanding dengan seorang Jutawan yang menyumbangkan uang Rp 1 Juta ke kotak Masjid karena niat yang lain. Untuk itu, setiap manusia perlu mengupayakan kembali atau mengarah ke titik Nol. Maka akan diperoleh ketenangan dan kecukupan yang telah dijanjikan Allah.

:: Dikutip dari buku Mutiara Kalbu Sebening Embun Pagi, 1001 Kisah Sumber Inspirasi.

Rabu, 01 Desember 2010

Puisi untuk Anakku IFA


“Anakku Sayang"

1 Desember 2010


(Aura Izzatul Afifa Ilham)


Anakku
Tadi malam
Dalam tidurmu
Kau mengigau
Menanam kembang
Di halaman

Esoknya
Bermekaran
Di hatiku

Sajak Putih
H. Amang Rahman Jubair
Prolog : Rusdi Zaki


Anakku Ifa, putri ibunda
Suatu waktu, ayahmu pernah memberikan potongan puisi Gabriela Mistral
Begini bunyinya :

Kita melakukan banyak kekeliruan dan kesalahan, tapi kelalaian kita yang utama
Adalah mengabaikan anak, menyepelekan mata air kehidupan
Banyak kebutuhan kita dapat ditunda, tapi anak tak dapat menunggu
Kini saat tulang-tulangnya dibentuk, darahnya dibuat, dan nalurinya dikembangkan
Padanya kita tak dapat menjawab “Besok”, sebab ia dijuluki “Hari ini”
(Ibunda akan selalu ingat itu !)

(Buat Anakku IFA yang sudah dua hari demam)
Cepat sembuh nak, karena kamu ingin mentunaikan nazarmu
Mengajarkan sang Adek, belajar sepeda
Dengan hanya dua roda
Yang selalu kamu katakan pada teman-teman kecilmu
Ayahmu telah perbaiki rantai sepeda mungilmu
Di bengkel pertigaan jalan arah rumah kita.