Rabu, 26 Desember 2012

Liburan Iffa dan Malika Ilham di Kampung Halaman



Aku seorang anak kecil,
guruku adalah Cinta,
tentu guruku takkan biarkan
ku tumbuh jadi seorang bodoh.

Iffa dan Malika Ilham (Adek), memasuki liburan. 
Melalui ayah, mereka berdua ingin ucapkan terima kasih terbening dan terdalam, 
buat guru mereka yang mengajarkan cinta dan tak membiarkan mereka bodoh. 
Selamat berjumpa di semester yang akan datang)

Iffa dan Adek liburan di kampung halaman
dari tanggal 22 s/d 31 Desember 2012
Dengan Paman (adik ibu), berangkat ke Air Bangis
Negeri tepi laut nan elok



Iffa dan Adek berangkat ke Kampoeng Halaman Tertjinta, Air Bangis
Liburan bersama nenek dan ongku.
Liburan a-la Kampoeng Halaman Tertjinta








Sumber Foto : Sarwo Hakim (cc : heningrumahhati)

Kamis, 20 Desember 2012

Aceng, Jenderal David Petraeus & Lembaga Perkawinan

Oleh : Muhammad Ilham (Ayah Iffa & Malika) 

Ada dua hal yang kontradiktif : 

(c) luv-islam.com
Pertama, Direktur CIA David Petraeus mundur sebagai pimpinan CIA, sebuah jabatan prestisius-strategis, pimpinan agen mata-mata terdepan AS. Tak ada apa-apanya dibandingkan dengan BIN, KGB ataupun Mossad. Jenderal pintar ini mengatakan (bahwa) ia terlibat perselingkuhan dan mengakui telah melakukan kesalahan fatal. Ia berkata, "setelah 37 tahun menikah, saya melakukan tindakan yang salah dengan terlibat skandal di luar pernikahan. Perilaku seperti itu tidak bisa diterima, baik saya sebagai suami maupun sebagai pimpinan organisasi." Ia kemudian minta maaf masyarakat AS .......... dan pada keluarganya. Obama mengatakan bisa menerima pengunduran diri itu sembari memuji atas karyanya di CIA, dan atas jasanya pernah memimpin tentara AS di Irak dan Afganistan. Fox News memberitakan bahwa dia berselingkuh dengan Paula Broadwell, seorang penulis biografi. Intinya, David Petraeus yang Jenderal itu mundur karena menghargai sebuah lembaga yang bernama perkawinan, dan ia menyadari bahwa secara personal dan status, ia adalah figur publik dan publik referen. Ia tak mau berdebat di tataran legalitas-juridis, tapi ia lebih mengedepankan sesuatu yang "mahal" bernama ETIKA. 

Kedua, Aceng HM. Fikri, Bupati Garut nan fenomenal itu, melalui pengacaranya, tak mau mengundurkan diri atas nama legalitas-yuridis. Menyikapi pernikahan 5 harinya, si Bupati ini menganggap pernikahannya secara agama sah, dan tak berbuat salah menurut kacamata Fiqh Munakahat. Mantan Secondan Dicky Candra yang artis itu, juga mengatakan bahwa pernikahannya dengan remaja putri 18 tahun itu, ibarat "membeli barang". "Kalau tak sesuai dengan Spek-nya, buat apa diteruskan". Sebuah argumen yang CETAR - meminjam istilah Syahrini ... hehehe. Dan dalam acara Indonesia Lawyer Club, saya "terkezzut" (pakai huruf "zz"), beberapa ulama kaliber nasional yang dijadikan narasumber oleh Karni Ilyas pun berkomentar tentang Pernikahan Siri si Aceng. Pendapat ulama-ulama ini, si Aceng yang selalu berkopiah hitam tersebut : Pernikahan Aceng dan Fanny Octara secara Fiqh Munakahat, sah. Jangan diperdebatkan, karena sama denga memperdebatkan ketentuan agama (Islam). Mau "satu jam, atau satu hari" pun, perkawinan tersebut tetap sah. Biasa kok, mau diceraikan Aceng mau tidak, terserah ia. Tak perlu harus minta izin sama atasan atau pimpinannya bila ia ingin poligami dan nikah siri ". Poligami itu, kata seorang Imam Besar Masjid terkenal Indonesia yang dibangun oleh arsitek Batak-Kristen (Frederick Silaban), Masjid Istiqlal, berkata, "Orang yang poligami tersebut adalah orang yang memiliki keberanian. Aceng Fikri adalah orang yang Berani".

___________ Dan, tak satu-pun ulama-ulama gadang itu mempersoalkan "begitu rendahnya wanita" dalam proses Aceng Gate tersebut. Bahkan secara langsung justru menganggap Aceng itu pemberani, orang berpoligami adalah orang "Bagak". Karena Rasulullah juga berpoligami, menurut ulama-ulama yang membuat saya miris-terkezut tersebut. Saya akhirnya berfikir, bukankah orang yang mampu menghargai lembaga perkawinan,menyanyangi anak dan (satu) istrinya dengan baik ..... tidakkah orang itu berani dan jantan ? ...... Tidakkah justru orang seumpama Aceng adalah tipikal manusia Pengecut dan berlindung dibalik nash agama yang ditafsirkan secara parsial ? Harusnya para ulama-ulama dan "pengikut" Aceng itu belajar secara totalitas sejarah nabi Muhammad dalam konteks poligami-nya, bukan "membatasi" episode kehidupan nabi pada fase ia berpoligami. Berapa tahun nabi SAW. Monogami ? Bukankah cukup panjang waktu yang ia lalui bersama Khadidjah seorang ? Bukankah masa-masa panjang "berdua" Muhammad-Khadidjah itu, putra Abdullah tersebut sedang "kuat-subur", masa penuh bergolak ? Lalu, kapan ia berpoligami ? Dengan siapa dan konteks (ashbab)-nya apa ? Urusan Syahwat, nash agama dibawa-dibawa. Urusan Syahwat, argumen legalitas-normatif, dipakai secara mati-matian tanpa melihat untuk apa nash (legalitas-normatif) itu hadir ? Seharusnya Fiqh tidak berhenti di analisis makna nash, tapi juga melihat ujung-nya yaitu ETIKA !!

Tapi sudahlah, saya tak banyak punya pengetahuan tentang Fiqh Munakahat. Ilmu saya dangkal tentang ini. Saya hanya ingat nasehat ibu saya (almarhumah) yang buta huruf pada saya beberapa tahun lalu menjelang ia meninggal.
"Untuk apa orang Sholat, nak ?, " tanyanya.
"Agar etika orang tersebut terjaga. Bukankah ujung dari sholat tersebut mencegah perbuatan keji dan munkar ?", jawabnya
"Untuk apa orang puasa, nak ?, " tanyanya kembali.
"Agar orang merasa kasihan pada orang yang tak punya. Agar kita amanah pada Tuhan", jawabnya kembali.
"Bila kamu nanti menikah, untuk apa menikah itu nak ?," tanyanya pada saya yang terpana.
"Perkawinan itu bukan Ijab Qabul, mahar, wali dan saksi saja nak. Tapi ada ujung dari perkawinan atau pernikahan itu, yaitu menciptakan kedamaian, keluarga yang bahagia, sakinah mawaddah wa rahmah. Perkawinan tidak akan damai bila kamu menyakiti istri dan anak-anakmu nanti. Perkawinan tidak akan indah bila kamu berbohong dan berselingkuh. Bila istri-mu memiliki kekurangan, kamu harus menutupinya. Jangan ketika ia sehat dan cantik, kamu mau. Namun ketika ia berkeriput, kamu tinggalkan. Kesalahan istri kamu pada dasarnya juga kesalahan kamu", jawabnya dengan panjang.

Malam kemaren, sebelum tadi malam, selepas saya menonton dengan istri acara ILC (Nikah Siri : Kasus Aceng), UPIK BANUN saya bertanya waktu mau tidur.
"Bang, bagaimana abang melihat lembaga perkawinan itu ?", katanya.
(Mungkin ia sedikit takut mendengar ulama-ulama "gadang" dalam acara ILC tersebut mengatakan lelaki berpoligami adalah lelaki pemberani .... Hiiiks)

Saya-pun tersenyum dan berkata, "ente dan anak-anak adalah anugerah terindah yang diberikan Tuhan pada saya, dan sombong teramat besar saya pada Tuhan bila, anugerah terindah saya sia-siakan. bagi saya itu makna JANTAN". Titik, dan tak perlu kita bahas argumen ulama-ulama gadang di ILC itu, kata saya sambil memadamkan lampu, dan mulai memasuki "keheningan" tidur.

_______ Ujung FIQH adalah Etika, demikian kata almarhumah UMAK saya. Sehingga tak salah, bila perdebatan masalah Nikah Siri, Aceng dan Poligami di ILC, tak memberikan "inspirasi". Jenderal David Petraeus mengedepankan Etika, bukan formal-legalistik. Sementara (belajar dari kasus Aceng), nampaknya kita lebih menyukai berada pada tataran Fiqh, ujungnya-outputnya (baca : Etika), kita kesampingkan. Padahal, karena Etika itulah Rasul di utus ke muka bumi ini. Simpulan saya, "pengajian" almarhumah umak saya yang buta huruf itu jauh lebih ber-ETIKA dibandingkan ulama-ulama gadang yang, menurut saya, tercermin "syahwat tersembunyi". Buktinya, ketika ditanya Karni Ilyas, mengapa harus poligami ? .... jawab mereka umumnya sama, "daripada berzina, kan lebih baik poligami ? (standar mereka hanya-lah Zina). Memangnya nabi berpoligami karena, "daripada berzina ?".

:: Sekali lagi, kita semua terserah berpendapat.

Walaupun agamaku memberikan daya tawar tinggi padaku yang berjenis kelamin laki-laki, namun yakinlah, saya ingin meneladani Baginda Yang Mulia, Muhammad SAW. Beliau yang rajin berolah raga (tentunya olah fisik masa itu : berkuda dan memanah) dan mempraktekkan hidup sehat tersebut, tak memberikan contoh bahwa Khadijah-lah yang harus meminta maaf padanya terlebih dahulu. Muhammad SAW. yang rajin meminum susu kambing itu justru memuliakan wanita. Bukan menganggap wanita sebagai "mainan" dan assesoris "freudian" kelelakiannya.

Sabtu, 01 Desember 2012

Cinta a-la Rabi'ah : Catatan Buat Anakku Afifa Ilham

Ditulis ulang : Imla Wifra Ilham, S.Ag
(Kepala PAUD Unggulan Citra Al Madina Padang)


aku jatuh cinta, namun tak ku bilang pada siapa

karena ku takut pada Dia yang tak takut pada siapa 
kala ku pikirkan tentang cintaku padanya
ku periksa kepalaku, apakah lepas dari raga


(Rabi'ah Adawiyah)

Ibu & Afifa Ilham
Wanita pemuka tashawuf ini seakan mengajarkan pada para remaja putri zaman sekarang tentang cinta. tentang cinta yang walaupun berbeda dengan cinta beliau, walaupun berbeda dengan cinta para wanita zaman dahulu, namun syair pendek ini tepat untuk putri-putri kita. Cinta datang mengusir akal dan mengurangi daya pikir seseorang. kegilaan-kegilaan sering muncul seiring datangnya cinta. Perasaan yang dikedepankan, akal yang tidak lagi diperhatikan, digambarkan wanita mulia ini dengan "kepala yang terbang dan terpisah dari tubuh". Rabiah Adawiyah memberi solusi dalam bait pertama syair ini. diam dan takut atau takwa kepada Dzat yang paling ditakuti dan tidak takut pada siapapun adalah counter yang tepat untuk kawula muda yang terjangkit penyakit perasaan yang sering disebut cinta ini. Walaupun cinta itu sendiri sendiri mempunyai banyak makna, dari yang paling mulia hingga paling hina. Menjaga rahasia hati tentang apa yang dirasakan demi menjga ketakwaan dan menjauhi hal-hal yang tidak disukai Sang Pencipta Nan Agung akan mampu meredam serangan syetan dari luar dan hawa nafsu dari dalam diri kita.

Source : Ammar Abdillah

_____ nasehat buat anak gadisku AFIFA Ilham yang menjelang remaja (moga nanti ini terbaca olehnya, ketika kondisi natural ini menghampirinya)

Selasa, 13 November 2012

(Ternyata) Iffa Ilham telah "Lulus SD"

Oleh : Imla Wifra Ilham 

Hari ini, dua Upik Banun ambo manarimo Rapor bayangan.
Nan si bungsu, Malika Ilham dapek rangking depan
Nan si Sulung, Afifa Ilham, kelas 4 SD (tetap) rangking 9, semester dulnya juga rangking 9.



Afifa Ilham : 20/11/2012

Dan si sulung bercakap : "Alhamdulillah, adik Iffa dapek juara. Gadang hati teta (panggilan si adik padanya teta)". Dan ketika kawan2nya menanyakan, "apakah Iffa tak iri pada adiknya", maka cucu Datuak Rajo Amat paliang tuo koa berkata, "tak boleh iri pada adik kita. Iffa termasuk orang yang berjasa membuat adik Iffa menjadi juara".


Afifa Ilham : Nopember 2011

(Karena sikapnya itu, saya merasa Iffa telah LULUS Sekolah Dasar)

Kamis, 01 November 2012

Catatan Ayah Iffa & Malika Ilham



Dan setelah seharian bertarung di jalanan, 
ayah pulang di jelang petang untuk sebuah pelukan dua buah hati tersayang.

| wamaa al-ladzatu illaa ba'da at-ta'abi - 
dan takkan ada kelezatan itu, 
kecuali setelah bersusah payah terlebih dahulu |

(menyambut ayah dengan keharuman,
setelah mandi dan berbedak putih yang dibeli di kedai sebelah)


koleksi Imla W. Ilham
Inspired : Zen Mehbob

Jumat, 19 Oktober 2012

Nasionalisme Minim

Oleh : Imla Wifra Ilham, S.Ag 

Bulan September tahun yang lalu, Alhamdulillah, ilmu dan pengalaman saya ditambah Allah kembali. Saya berkesempatan mengikuti Pelatihan/Pendidikan "Penguatan Kurikulum PAUD Nasional". Kegiatan yang berlangsung di Komplek Panorama Regency, Nagoya Batam Kepulauan Riau ini diikuti oleh utusan dari Pengelola/Kepala Sekolah PAUD Unggulan masing-masing propinsi di Indonesia. Saya tak ingin menjelaskan seluk beluk kegiatan dan materi-materi yang dipaparkan karena bagi saya, kegiatan semacam ini sangat mencerahkan, sebagaimana kegiatan-kegiatan sejenis yang pernah saya ikuti beberapa waktu lalu. Saya hanya ingin menceritakan pengalaman yang bagi saya sangat menarik sekaligus ironis. Seperi biasanya, setiap kegiatan, apakah itu seminar ataupun pelatihan/workshop apalagi tingkat nasional, maka acara pembukaan kegiatan tersebut dihadiri oleh pejabat-pejabat tingkat daerah dan nasional. Sambutan-sambutan silih berganti. Berjenjang, dari yang jabatannya rendah hingga tinggi. Demikian juga halnya dengan kegiatan yang saya ikuti ini.

Karena kegiatan ini dilaksanakan di Batam, Propinsi Kepulauan Riau, maka pasti ada sambutan resmi dari pejabat daerah yang berhubungan dengan pendidikan PAUD. Kebetulan pejabat daerah yang memberikan sambutan ini adalah berjenis kelamin "wanita", tepatnya ibu-ibu. Pada awalnya saya beranggapan, ibu kita yang cantik ini (saya tidak menyebut namanya atau inisialnya) akan memberikan sambutan mengenai harapannya tentang kegiatan yang dilaksanakan, atau memberikan gambaran tentang perkembangan PAUD di daerah Batam, atau mungkin minimal mendeskripsikan dengan bangga mengenai kemajuan daerah Batam di semua lini, khususnya ekonomi dan pariwisata. Tapi saya merasa terkejut, ibu kita yang cantik ini bukannya memberikan sambutan tentang hal-hal yang berhubungan dengan PAUD (kalau-pun ada, porsinya teramat minim), beliau justru banyak "menceritakan" tentang Singapura.  

"Ibu-ibu, kami di Pulau Batam ini, lebih suka berkunjung atau liburan ke Singapura. Cukup dengan Rp. 300.000,- ibu-ibu sudah bisa bolak-balik ke negeri singa tersebut, dan bla.....bla....bla", katanya panjang lebar dengan wajah sumringah.

Si Ibu ini dengan penuh kebanggaan mengkisahkan bahwa masyarakat Batam (mungkin beliau saja yang bangga) begitu bangga pergi ke Singapura daripada ke Jakarta atau ke lokasi-lokasi pariwisata di Batam. Alih-alih menceritakan tempat pariwisata di Batam, justru si ibu kita yang cantik ini justri "mensugesti" para pendengar untuk berpariwisata ke Singapura. Ironis !. Untunglah, ketika salah seorang pejabat PAUD dari pusat memberikan sambutan, pejabat yang juga wanita ini sedikit "menyindir" ibu kita yang cantik dan teramat bangga dengan Singapura tersebut. "Kita seharusnya menanamkan rasa nasionalisme dan rasa cinta tanah air kepada anak-anak sejak usia mereka masih dini. Bukan menanamkan kebanggaan terhadap negara lain pada diri mereka", kata ibu ini.

Kegiatan Parenting di PAUD Citra Al Madina Padang



SINGGALANG : PADANG — Keterlibatan orangtua dalam lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD), dinilai cukup urgen. Guna mewujudkan pembelajaran yang optimal di masa usia emas itu, tidak bisa sepenuhnya berharap pada lembaga sekolah saja, tapi kontribusi orangtua memiliki peran cukup penting. Pendapat tersebut dikemukakan Kepala PAUD Citra Al Madina, Padang, Imla Wifra Ilham, dalam perbincangan dengan Singgalang. Menurutnya, ke depan, penyelenggaraan pendidikan dengan memberdayakan orangtua (parenting education), merupakan sebuah solusi guna meningkatkan mutu pendidikan sejak usia dini. “Untuk itu, terkait kegiatan parenting dimaksud, PAUD Citra Al Madina telah dan akan melakukan sejumlah kegiatan,” ucap Imla. Dikatakannya, kegiatan yang telah dilakukan tersebut seperti keterlibatan orangtua dalam lomba alat permaian edukatif, terkait peringatan Hari Ibu beberapa waktu lalu. Kemudian juga ada dialog yang pesertanya orangtua dan guru mendatangkan narasumber berkompeten, yakni Dr. Dadan Suryana dari UNP, mengambil tema terkait peran orangtua dalam menanamkan pendidikan karakter sejak usia dini. 

“Besok (hari ini—red), kita kembali mendatangkan nara sumber yakni Dr Yuliana, yang bakal membahas bagaimana menjadi orangtua yang cerdas guna mewujudkan anak berkualitas,” jelas Imla, didampingi Wakil Kepala Sekolah, Vivit Risnawati. Melalui dialog dan materi dari pihak berkompeten dimaksud, menurut Imla, diharapkan orangtua kian memahami tentang penting dan signifikannya pendidikan akan usia dini. Sebelumnya,  juga telah dilakukan kegiatan keluar berupa out bond naik kereta api dari Padang ke Pantai Gandoriah, Pariaman. Di Pariaman pun diadakan dialog dengan orangtua, bahkan adapula permainan berkreativitas dengan plastisin yang dilakukan orangtua bersama anak-anak. Disebutkan, sejumlah kegiatan perenting lainnya yang bakal dilaksanakan, di antaranya berupa parent’s day class, di mana keterlibatan orangtua mengajar di kelas anak mereka masing-masing. Lalu ada lagi, pembahasan seputar IQ, kunjungan lapangan dan membahas perkembangan kesehatan anak. “Intinya, melalui kegiatan parenting ini, semoga terjalin kerjasama yang harmonis antara orangtua dengan pendidik, guna meningkatkan mutu pembelajaran di lembaga PAUD itu sendiri,” jelas Imla Wifra. Seperti diketahui, PAUD Citra Al Madina yang beralamat di Jl. Purus I itu, selain Taman Kanak-kanak (TK), juga menyelenggarakan TPA dan Play Group.

Murid PAUD Citra Al Madina Outing ke Batalyon 133



PADANG – Guna mendekatkan berbagai hal menarik yang bernilai edukatif di luar kelas, puluhan murid Taman Kanak-kanak (TK) Citra Al Madina, Padang, melakukan kunjungan lapangan (outing) ke Batalyon Infantri 133/Yudha Sakti, baru-baru ini. “Ini merupakan satu cara mengenal lebih dekat profesi dan tugas seseorang atau lembaga, yang disinkronkan dalam pembelajaran tema pekerjaan,” kata Kepala PAUD Citra Al Madina, Imla Wifra Ilham, kepada Singgalang. Menurutnya, Batalyon yang terletak di Air Tawar itu, jelas dihuni para tentara, sebagai abdi negara. Makanya, kata Imla didampingi Wakil Kepala Vivit Risnawati, tak salah jika anak-anak sejak dini dikenalkan sosok tentara tersebut, yang juga bagian dari salah satu profesi pekerjaan yang diajarkan kepada anak-anak.

Sosok tentara yang selama ini dikenal “garang”, ternyata hal itu termentahkan saat anak-anak disambut dengan santun oleh aparat militer berbaju loreng itu. “Kita jelaskan pada anak-anak, bahwa tentara itu bukan untuk ditakuti. Tentara adalah sosok yang membela negara, mengayomi rakyat,” jelas Imla.  Alhasil, komunikasi yang dijalin saat anak-anak ke sana yang didampingi sejumlah aparat itu, dinilai cukup positif. Apalagi, murid TK yang terletak di Jl Purus I itu, pun diajak berkeliling-keliling untuk mengetahui berbagai hal.

(c) Singgalang

Sabtu, 13 Oktober 2012

Sorga Itu Dirumah

Ditulis ulang : Imla Wifra Ilham, S.Ag

(c) Lucia Coghetto - Open Art Group
Tawuran lagi. Di Jakarta pelajar SMU luka parah tersabet celurit. Sedang di Makasar, dua mahasiswa berkalang tanah. Jika Kiyosaki menyebut anaklah yang tahu dan pemilik masa depan, terus seperti apakah bangsa ini di era mendatang?. Makam Alawy Yusianto Putra belum kering. Juga kesedihan keluarga serta teman-teman sekolahnya di SMAN 6 Jakarta. Tawuran antara SMAN 6 dan SMAN 70 itu menyisakan renungan panjang. Apakah peristiwa itu masih bisa disebut sebagai kenakalan remaja?. Buntut tawuran itu juga belum selesai. Tersangka pelaku sedang diproses penyidik. Ada tersangka lain yang akan diamankan. Ini membuat was-was guru dan orang tua siswa di sekolah ini. Jangan-jangan anak-anak mereka yang sedang belajar tersangkut dan masuk bui. Sebab perilaku itu dikategorikan sebagai tindak kriminal murni.  Namun ketika kepedihan itu belum terhapus, tawuran terjadi lagi. Di Jakarta, jalanan dijadikan ajang perkelahian, seorang pelajar kritis tersabet celurit. Di Makasar kampus dibuat gelanggang adu fisik, diteruskan di rumah sakit mengakibatkan dua nyawa melayang. 

Kita mengurut dada atas musibah itu. Kita prihatin terhadap kejadian itu. Bela sungkawa sedalam-dalamnya layak diberikan pada generasi penerus yang mati sia-sia itu. Juga terhadap keluarga yang ditinggalkan, yang tidak terbayangkan betapa pedih hati mereka. Anak, secara spiritual, memang bukan milik kita. Itu titipan dari Tuhan. Dalam bahasa Kahlil Gibran, anak itu bak anak panah. Orang tua hanya merentang busur, mengarahkan pada yang diinginkan. Ketika anak panah lepas dari busur, di situlah takdir sedang berproses. Tepat seperti yang diinginkan orang tua, atau melenceng jauh dari sasaran. Dari kiasan ini bisa diambil hikmah. Jika orang tua semasa anaknya masih hidup telah memberi pengertian baik tentang makna hidup, syukurilah takdir itu. Jika semasa 'titipan Tuhan' itu belum 'diambil', orang tua yang bersangkutan belum memberikan pengertian yang layak tentang hidup, maka ini saatnya untuk menyadarkan para orang tua yang lain agar memberi bekal yang memadai bagi anak-anaknya. Zaman ini memang membuat orang tua dan anak-anak ada di persimpangan jalan. Kemajuan telah membuka segalanya, yang boleh dan tidak boleh. Anak dengan karakter bawaannya yang ingin tahu dan akhirnya serba tahu telah membawanya pada pengalaman-pengalaman baru dan pemahaman-pemahaman baru. Anak-anak kita menjadi lebih hebat dari orangtuanya.  Dalam bahasa lugas, T Kiyosaki pengarang 'Reach dad, poor dad' mengatakan, "jika ingin tahu masa depan, tanya anak-anakmu". 

Bahkan gurindam 'anak polah bopo kepradah' (anak bertingkah, bapak terkena tuahnya) pun sudah jauh-jauh hari di balik. Itu saking banyaknya orang tua yang tidak bisa memberi teladan baik bagi anak-anaknya. Korupsi di tempat kerja, tidak membuka pintu dialog, berfoya-foya dari rezeki yang tidak jelas, dan jauh dari memberi bekal etik agar menyemaikan kemanusiaannya sebagai manusia adalah contoh yang lama tidak diteladankan orang tua. Generasi kini yang brutal, adalah bagian dari hilangnya teladan itu. Anak-anak itu kurang bekal dari rumah, dari lingkungan, dan terlalu banyak mendapat bekal dari luar. Mereka tidak punya sensor untuk menyaring teladan dari dunia antah-berantah itu. Guru yang digugu dan ditiru berasal dari dunia maya. Menyikapi dunia yang sudah dikuasai teknologi itu, jalan yang terbaik adalah menciptakan surga di rumah. Dunia realis yang nyaman, tenang, dan teduh. Bukan dunia impian yang serba instan dan indah. Tanpa itu, maka anak-anak kehilangan pegangan. Kehilangan orang tua, keluarga, yang menyayangi dan mengayomi.

Sumber : detik.com/Djoko Suud - judul artikel : "Anak Polah Bapak Kepradah"

Jumat, 12 Oktober 2012

Salam Kreatif


Bahagia dan kreatif itu tak membutuhkan biaya besar dan tempat yang indah
Salam kreatif ... !!


African-Journal

Mainan favorit suami saya ketika masa kecil di kampung
(Main roda-roda) - "Anak-Anak di Pasaman, 1975"
Sumber foto : Tempo/6 Desember 1975 (koleksi Mhd. Ilham)

Senin, 01 Oktober 2012

Catatan Malam Minggu Ayah Iffa & Malika Ilham

# catatan malam minggu Ayah Iffa & Malika Ilham  


22.01 WIB
Di antara tujuh tingkat langit
dan tujuh lapis bumi
kalian-lah cahaya kedelapan kami

tidurlah nak
setelah sepenggal matahari terang, kalian bermain
setelah sepulang dari musholla, maghrib tadi,
 kita memandang bulat rembulan, 
sebulat wajah ibu kalian
tentu lelah tertunaikan dengan lelap lena malam ini


Koleksi Imla W. Ilham

Maafkan Orang Tuamu, Anakku. Kami Tak Begitu Mengenalmu ! (Catatan Ira Oemar : Sebuah Empati Buat Orang Tua))

Ditulis Ulang : Imla W. Ilham

Dari jaman ke jaman, selalu saja ada anak nakal, siswa bandel, biang keladi semua keributan. Itu wajar, namanya juga anak dan remaja. Ada yang sifatnya cenderung melawan, suka membantah, tak mau menurut. Makin menginjak remaja, sikap perlawanan itu makin menjadi. Sekali lagi, tugas guru-lah mengatasinya. Tiap guru punya cara sendiri menghadapi siswa yang sulit diatur. Ada yang sabar dan memilih cara halus untuk menghadapinya, ada yang memilih tak mempedulikan siswa yang bandel – paling-paling diberi nilai jelek untuk mata pelajaran yang diajarkannya, ada pula yang memilih menanganinya dengan cara kasar. Tapi sekali lagi, jarang sekali orang tua siswa tahun ’70 –‘80an yang menggugat guru. Tampaknya orang tua jaman dulu sadar konsekwensi logis dari mereka menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak mereka kepada guru. Remaja jaman dulu tidak mendapatkan toleransi dan perlindungan – bahkan dari orang tuanya sendiri – ketika mereka melakukan kekerasan. Terkadang, bahkan ortu sendiri lah yang mengantara anaknya ke wali kelas, jika kedapatan berkelahi sepulang sekolah. Ortu meminta guru menghukum anak mereka. Lalu bagaimana dengan jaman sekarang? Guru tampaknya berada pada posisi sulit. Mereka tak bisa lagi mudah menjatuhkan hukuman pada siswanya. Salah-salah, siswa yang kena “setrap” mengadu pada ortunya, malah guru yang ganti diadukan ke polisi. Orang tua tahunya anak mereka baik-baik, tak ada hak guru untuk menghukumnya. Sementara, ketika terjadi tawuran antar pelajar sepulang sekolah, pertanyaan di berbagai media dialamatkan pada guru : dimana peran guru?

Di satu sisi orang tua seolah menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak mereka pada guru-guru di sekolah, namun di sisi lain, ketika ada masalah, anaknya berulah, orang tua tak mau guru mengambil tindakan. Orang tua turun tangan ketika sudah ada masalah, itupun bukan untuk meng-endorse pengegakan disiplin dan hukum sesuai aturan, tetapi justru untuk mengintervensi disiplin dan hukum, mengupayakan privilege bagi anak mereka. Akibatnya, sama sekali tak ada pembelajaran pada diri siswa. Anak tak belajar dari kesalahan yang dibuatnya. Anak gemar tawuran, anak suka keroyokan dan berperilaku anarkhis, tentu banyak faktor penyebabnya. Anak tak terbebani rasa salah alias cuek, tidak menyesal saat melakukan perbuatan salah bahkan menjurus ke kriminal, juga banyak aspek pemicunya. Sungguh tidak adil, jika tanggung jawab hanya dibebankan pada guru dan sekolah sebagai institusi. Kalau benar orang tua menyerahkan pendidikan anaknya pada guru dan sekolah, maka mereka juga harus rela jika guru menegakkan aturan pada semua siswa tanpa pandang bulu. Orang tua harus ikhlas anaknya menerima akibat hukum dari perbuatannya, termasuk jika tidak disiplin dan tidak berlaku sopan pada guru. Jangan ajari anak menginjak-injak hukum. Sebab kekacauan itu timbul karena lemahnya penegakan hukum.


Diedit dari : (c) Ira Oemar http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/30/

Foto : Imla Wifra Ilham (Kepala PAUD Citra Al Madina Padang & Majelis Guru) ___________ sumber foto : http://paud-citramadina.blogspot.com/

Kehadiranmu Masih Ada




walaupun tak menetas
kehadiranmu masih ada
kuningmu masih berkilat
dan aku suka



sumber foto : facebook/muhammad ilham fadli

Selasa, 25 September 2012

LKS Afifa Ilham

Oleh : Muhammad Ilham (Ayah Iffa & Malika)
(Sebagaimana yang dinukilkannya dalam facebook/muhammad ilham fadli)


Malam tadi dan malam sebelumnya, "saya tercengang !".
Begini :

Sulung saya - AFIFA ILHAM (9 tahun) yang duduk di kelas 4 SD, mengisi Lembaran Kerja Sekolah (LKS). Saya lihat, ia bingung. Lalu saya bertanya, "Apa pertanyaannya nak ?"

_____ "Apa keuntungan SENTRALISASI DAN DESENTRALISASI bagi KEHIDUPAN DEMOKRASI ? .... saya lihat, ada 10 baris dalam dua buah kolom yang harus diisi.
(bagi saya
: pertanyaan ini biasa saya berikan kepada mahasiswa saya semester II dalam mata kuliah Ilmu Politik. Sedangkan anak saya, baru kelas 4 SD, dan ia tidak pernah mendengar sekalipun, baik dari gurunya maupun "entah dari mana" konsep-konsep SENTRALISASI, DESENTRALISASI & DEMOKRASI)
:: Saya jelaskan sesuai dengan bahasa "anak-anak", dan saya yakin, ia menganggap pertanyaan dan jawabannya, tidak penting bagi dirinya.

____ "Coba jelaskan APA DEFENISI TANAH BENGKOK ?
(Ibunya-pun tak tahu apa itu "Tanah Bengkok", karena memang dalam sistem pemerintahan di Sumatera Barat, tak ada istilah tersebut).
:: Saya jelaskan sesuai dengan bahasa "anak-anak", dan saya yakin, ia menganggap pertanyaan dan jawabannya, tidak penting bagi dirinya. Bahkan ia ketawa, "tanah .... kok bengkok!. (Akhirnya saya jelaskan, inilah kerugian SENTRALISASI, pertanyaan yang "aplikable" di Jawa sana, tak dimengerti anak-anak Sumatera).

____ "Ayah, ini ada LKS IPS, pertanyaannya, "berapa jumlah kecamatan di Kotamu ?", tanya Iffa (Untuk yang satu ini, pertanyaannya PAS. Saya cari Peta Sumatera Barat dan fokus pada Kota Padang, saya suruh ia mencarinya). Namun pertanyaan lanjutan, membuat saya terbahak ...... "Ayah, ini pertanyaan lain," kata Ifa.
"Apa itu, Nak !", kata saya.
"Berapa Jumlah Rumah Sakit di Kotamu ?"
( ........... saya terbahak, dan saya suruh saja ia menulis jawaban : ......... B A N Y A K !).

Dan pagi ini, saya membaca berita yang "luar biasa" (detik.com & tempointeraktif.com.
LKS Bahasa Inggris di Jawa Timur, memuat gambar artis Porno Jepang ... "MIYABI". 

Berikut, berita/artikel tentang kasus terakhir yang menjadi perdebatan di media online beberapa hari terakhir :

INI BUDI, ITU MIYABI
(c) detik/com
http://news.detik.com/read/2012/09/25/092431/2034147/103/?992204topnews


(c) http://www.tempo.co
Kita pasti ingat ketika dulu masuk kelas I SD, pelajaran membaca yang pertama kali diajarkan oleh bapak atau ibu guru adalah mengeja 'ini Budi, Wati kakak Budi, dan Iwan adik Budi'. Namun pelajaran mengeja 'Ini Budi' saat-saat ini bisa berubah dengan kalimat 'Itu Miyabi'. Nama Miyabi mengganti Budi, Iwan, dan Wati, bisa saja terjadi. Terbukti di Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas III SMP, di Mojokerto, Jawa Timur, ditemukan gambar Miyabi. Bila Miyabi seorang penemu mobil dari Jepang atau atlet olahraga yang tersohor, hal demikian mungkin tidak menjadi masalah. Masalah itu muncul sebab perempuan asal Jepang yang bernama asli Maria Ozawa itu adalah bintang film porno. Sebagai bintang film porno, Miyabi bukan sebagai bintang film porno kelas kampung, amatiran, atau akibat kamera tersembunyi. Namun ia bintang film porno profesional, sangat populer, bahkan film-film pornonya paling banyak dicari orang. Disebut dalam sebuah wawancara dengan sebuah media, ia mengatakan sudah memperagakan 48 posisi bercinta. Kecantikan dan keberanian dirinya dalam bermain dalam film porno membuat namanya melejit setinggi langit. Tak heran produser film di Indonesia pun menawari Miyabi untuk main film. Tentu film yang dibuat bukan untuk mendidik atau menghibur, namun sebatas mencari untung.

Lolosnya hal-hal yang berbau porno masuk dalam LKS dan buku sekolah, bukan pertama terjadi. Beberapa bulan yang lalu, di sebuah LKS SD di Jakarta, ada kisah yang menceritakan istri simpanan. Cerita itu membuat penasaran anak-anak SD dan membuat gelisah para orang tuanya. Selepas mempelajari buku itu, salah seorang anak bertanya kepada ibunya, "Ibu apa sih yang dimaksud dengan istri simpanan?". Mendapat pertanyaan yang demikian, tentu sang ibu bingung bagaimana menjelaskan. Kalau dijawab secara jujur pastinya akan berdampak sang anak akan lebih cepat menjadi dewasa. Bila dijawab secara bohong pasti akan membuat anak salah persepsi akan status istri simpanan.
Seringnya hal-hal yang berbau porno atau cerita-cerita dewasa terselip dalam LKS dan buku pelajaran bisa sampai ke tangan-tangan anak-anak sekolah. Ini disebabkan karena komersialisasi pendidikan. Sekolah dan siswa-siswanya dianggap sebagai lahan yang potensial untuk mengeruk keuntungan. Beredarnya LKS yang sejak dulu hingga saat ini menyerbu sekolah-sekolah sebab adanya proyek bagi hasil atau kongkalingkong antara sekolah (guru), dinas pendidikan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) serta penerbit.

Pihak sekolah yang mau menjual LKS terbitan sebuah penerbit, dengan sepengetahuan dinas pendidikan, kepada siswa-siswanya, maka guru dan pegawai dinas pendidikan akan mendapat bonus. Bonusnya bermacam-macam, sampai ada bonus para guru dan tenaga admnistrasinya wisata ke Pulau Bali atau tempat wisata lainnya, Yogyakarta misalnya. Bila penjualan tidak banyak, bonusnya ya paling duit sekian rupiah. Bonus yang diiming-imingkan dari penerbit itu tentu membuat pihak sekolah dan dinas pendidikan tergoda. Meski LKS itu tidak dianggap penting, siswa-siswanya dipaksa untuk membeli. Bila tidak bisa dibayar secara kontan, siswa-siwa diberi toleransi dengan cara mengangsur.
Penerbit yang menawarkan ke sekolah itu tidak datang dari satu penerbit, namun puluhan penerbit dengan marketing-nya bersaing masuk ke sekolah-sekolah, seperti medical represantif yang bersaing masuk ke para dokter atau rumah sakit-rumah sakit untuk menawarkan obat. Bila sekali ditolak, marketing buku itu tidak kapok, didatangi terus sampai pihak sekolah mengiyakan.

Maraknya penerbit buku-buku sekolah dan LKS hadir di tengah-tengah masyarakat, ini juga diakibatkan adanya keterbukaan informasi dan harga mesin cetak yang semakin terjangkau oleh masyarakat. Dalam era reformasi, penerbit tumbuh bak cendawan di musim hujan. Dulu semasa Orde Baru, penerbit yang ada hanya terbilang satu sampai dua. Namun sekarang di kota-kota yang bernuansa kota pendidikan, seperti Yogyakarta, ada puluhan penerbit.
Para penerbit itu mencari segmen-segmen tertentu, ada yang fokus menerbitkan buku-buku pendidikan, buku-buku yang berbau kiri, buku-buku agama, buku-buku teknologi dan komputer, bahkan ada yang menerbitkan buku-buku khusus memasak. Persaingan di antara mereka ditambah hadirnya buku e-paper, membuat banyak penerbit yang ada bangkrut. Buku yang dicetak tidak laku di pasar, sehingga penerbit me-riset dan mencari pasar apa yang menjanjikan dan potensial. Akhirnya ditemukan bahwa pasar itu adalah dunia pendidikan. Persaingan diantara penerbit membuat mereka tidak lagi idealis namun menjadi pragmatis. Sebagai sektor yang sangat menjanjikan dan mempunyai potensi yang sangat tinggi, dunia pendidikan dianggap sektor yang sangat menjanjikan dibanding dengan menerbitkan buku-buku lainnya yang pasarnya semakin sempit. Dari sinilah maka penerbit berbondong-bondong menjadi penerbit buku sekolah.

Semakin terjangkaunya harga mesin cetak buku, di daerah kabupaten kecil pun banyak pengusaha yang menanamkan investasinya di usaha penerbitan. Dengan menawarkan kepada guru-guru di sekolah favorit di kabupaten itu untuk membuat buku pelajaran dan dibantu dengan pemasaran yang memaksa atau iming-iming kepada sekolah-sekolah yang ada, maka usaha itu akan membuat untung pengusaha daerah itu. Soal mutu? Nah itu yang perlu diuji.
Jebolnya hal-hal yang berbau porno masuk dalam LKS dan buku-buku sekolah ini banyak terjadi di masa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bawah Menteri Muhammad Nuh. Ini sebuah peringatan kepada Muhammad Nuh untuk lebih berhati-hati dalam mengawasi dan menyelenggarakan pendidikan. Terlihat selama ini yang dilakukan lebih pada menarik sesuatu yang sudah terjadi, tidak mencegah sebelum hal-hal yang tak pantas beredar. Bisa saja masalah ini tidak hanya urusan Muhmmad Nuh, tapi juga disebabkan keteledoran pihak sekolah dan dinas pendidikan setempat. Pihak sekolah dan dinas pendidikan setempat selama ini melihat LKS atau buku sekolah tidak halaman per halaman, namun secara sekilas saja. Karena iming-iming yang menggiurkan itulah maka pihak sekolah dan dinas pendidikan dengan tergesa-gesa mengiyakan kepada marketing buku atau LKS menyanggupi menjual LKS dan buku kepada siswa-siswanya.

Tulisan miring, sumber : detik.com 

Sabtu, 22 September 2012

Cahaya (untuk) Bersama


Do'akan juga cahaya untuk lampu tetanggamu, 
Sekitarmu akan terang benderang  



(c) دل نوشته های بچه های کوچه پشتی

Jumat, 21 September 2012

Gali Galetek Orang Air Bangis

Oleh : Muhammad Ilham (Ayah Iffa & Malika)
 
Ikut Sarang ........ katiko kato kailangan tompek
(Kaghenah Rang Aia Bangih : Caghito singkek nan partamo)

Bacaghito ambo sobuak. Indo gunjiang, apole pitanah. Lah dapek izin daghi nan ka dipakatoan. Bak kecek Tukul nan tiok aghi mancoliak anak gadih sebeng-sebeng - "just kidding", bagigoghah sajo.

Sahibul hikayat, sakita tahun 1999, bamulo kato, indo pake sighiah jo tambako, kita bontang lapiak
.... bacaghito singkek, kito mule.

Wakotu ambo jadi garim masojik, banyak adik-adiak kito nan daghi aia bangih bakunjuang ka masojik tompek ambo tingga. Masojik dokek ghumah Gubernur jo ghumah pribadi inyiak Baharuddin. Jalan aia sighah, namonyoa. Di Jati, sakitar sabatang surya bajalan kaki daghi ghumah sakik jati, sabatang komandor daghi Adabiyah. Lai lah adiak kito nan soghang koa. Ughangnyoa elok ati indo baciciyah, badan godang, ganteng .... walo sobuak agak itam, obuak agak pighang, mungkin dek basigham toghuh jo aia lauk pinia. Walo baghu datang daghi aia bangih, adiak kito koa ndo omuah dianggap tunuang.

"Pede ambo bang, jangankan ka Padang, ka ujuang biang, toluak kopres, balakang lambak jo toluak pote ponah ambo kunjungi", keceknyoa ka ambo sambia ma isok ghokok gudang gagham sighah nan dibolinyoa di topi jalan manjalang masuak ka masojik. "Ires namo anak nan punyo lopo tompek ambo mamboli ghokok tu bang, ghancak komek putiah mandayo, tenggen jo wak mancoliaknyoa", keceknyoa ka ambo sambia mangaluakan sandawo. Nan ambo, golak sambia kuhua dua tigo kali.

Ambo jo adiak kito koa, duduak-duduak lah di tubia masojik tu. Asok co knalpot. Ambo surya inyoa ghokok panolak ujan tu. Ota baputa ilia mudiak. Ta antuak di batu, batu dibahas. Ta antuak di pintu, pintu pulo nan di otakan. Kadang-kadang lopeh pulo ka motor Pastra, sate kedi inggo sate ajo ali, sia nan batunangan sia nan diantakan ka kubughan, nan bagonjua jo nan dipatongkok an, sampe pulo mambahas ogo sinangih jo kaghasak, tontang masoyo jo bateh toghok, sasikikali manyingguang lopo minjan jo lopo cukong. Sadang lomak ma ota-ota, lalu lah duo tigo ughang anak padusi .... CEWEK istilah pipaja nyoa, manyapo ambo ...... "pak gharin, sadang duduak ?. "Iyoooo !", kecek ambo (dalam ati golak, lah tau awak duduak, batanyoa jo le). "Ilalaah ma e, ghancak-ghancak pipaja nan lalu koa ndoa bang, mancoliaknyoa ajo mamancuak poluah mbo, apole mamociknyoa, " kecek adiak kito koa sambia ma isok ghokok nan olah tapuntuang. "Anak kedokteran diang tu, jan mimain, KOREH bak kecek maktuan Inok. Ndo kan baghani bage wang manyapo ughang tu nyo, beko disuntiknyoa wang", kecek mbo pulo ka inyo.

"Apo tido tu nyoa, coliak di abang beko, ambo rayu ughang tu, kok indo jan sobuk ambo anak ayah mbo" (Moooooh, jadi anak siaaa nyoooo ?)

Sakatiko, lalu duo anak gadih bajilbab mamake baju praktek Kedokteran.
Nan adiak kito koa, mule togak sambia mamelok BOKSEN-nyoa nan lah mule manguniang campua ijo (mungkin dek blau).

"Assalamu'alaikum, diaaak !" (laaaah, mule intro khas maghayu anak bajilbab)
"Alaykum salam, da", kecek pipaja koa.
(nampak diambo ..... sosak ongok adiak kito koa. Ghokok nan tapuntuang cako, tapocik)
"Mau kemana diik", lanjut tanyoa adiak kito koa baliak (Ba usaho manyapo jo bahaso Indonesia Raya)
(batambah sosak ongok nyoa nampak diamboa)
"Nio ka muko da, pai mamoto kopi", kecek anak gadih nan soghang.
(co ughang takantuak di agiah banta, batambah togak tali pimpuyan nyoa).
"IKUT SARANG DOOONG !"
(Pipaja gadih tu malongo ……. ndo lamo … badoghe golak keke)
Nan ambo, "Saghang Tampuo, pulo ndoa ?".
Nan adiak kito koa, golak sengeng. “Gocaaaaa mbooo”, keceknyoa, sambia takontuk agak goca (memang adik kito koa terkenal pangontuk).
………………. Saraaaang, Sarannnnng.

nostalgi-romantik kala jadi Gharim
(1992-2002)

Kamis, 13 September 2012

Carilah Langsung Kepada Si Pembuat Pedang



Afifa Ilham dan Malika Ilham ...... go to school 
Sabtu, di pukul 06.50 WIB

Iffa dan Malika Ilham (Koleksi Imla W. Ilham)

# Catatan Ayah Iffa dan Malika Ilham

___________ Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret. Ayah lebih bangga pada prestasi kalian, daripada prestasinya sendiri. Kalau tidak salah ayah pernah berkata :” kalau kalian ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkwalitas tinggi, janganlah mencarinya dipasar apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya. Begitupun dengan cinta dan teman dalam hidup kalian, jika kalian ingin mendapatkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya”. 

Iffa mau les piano

_________ Ayah hanya berpesan : “jangan cengeng meski kalian wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anak kalian kelak, jadilah wanita tangguh bagi laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu”.

Catatan Aqiqah Afifa Ilham : 2003


Air Bangis, 9 Agustus 2003
AQIQAH si sulung ............ AFIFA ILHAM
(Gabungan antara Syari'ah Islam dengan Eksotika Budaya Minang)

"Apa sebenarnya rencana Tuhan dengan dirimu ? 
Apa sebabnya pada suatu hari sembilan tahun yang lalu, kamu d
ititipkan-NYA kepadaku - hingga saya bahagia seumpama ibumu?".

Rabindranath Tagore, sang filosof India sana, pernah berujar :
"setiap anak tiba dengan pesan bahwa Tuhan belum jera dengan manusia".
Intinya : Kamu adalah PESAN Tuhan yang harus kami jaga.


Aqiqah Iffa tahun 2003 (Koleksi Imla W. Ilham)

Iffa & Ibunda : Nopember 2012

ODE ayah Iffa, bila memandang foto ini :

Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia. Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu, belum hilang hingga saat ini. Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui. Nak, bacalah sejarah Nabi-nabi dan Rasul, serta temukanlah betapa nasehat yang terbaik itu dicatat dari dialog seorang ayah. Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit. Tapi kuakui, betapa sepanjang masa kehadiranmu di sisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaanmu, dan makna tugas kebapakanku terhadapmu. Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan siapapun, bahkan di hadapan Allah, ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan-Nya, hingga saat usia ayah yang sudah 36 tahun ini. Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai Tuhan. Inilah usaha terberatku, Nak, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Allah.


____________ moga ini terkoleksi dengan abadi, untuk dilihatnya, pada suatu masa ........... KELAK !! (Dengan MALIKA, adikmu, selalulah kompak berdua !)


Kamis, 06 September 2012

Kedip Kemuning Ayah



Koleksi Imla W. Ilham

  Sore tadi ....
si sulung, letih terjatuh dari sepeda.
pedih perih. tangispun ditahan.
ia ingin memberi contoh pada adiknya
si bungsu, letih bertengkar dengan teman sebayanya
ia sedang belajar berdiplomatika
memperlihatkan pada kakaknya bahwa ia bisa
malam ini, mereka berdua tidur .... mendengkur !!

(Sementara itu) Pagi tadi, untuk kesekian kalinya, si bungsu Malika Ilham, kala mengantar ia pergi sekolah, bertanya : "Ayah, bila ayah meninggal, siapa yang akan mengantar Adek sekolah?"

Diam, saya. Hanya tangan mengusap rambutnya !
mata beningnya memandang mata tua saya yang sabak

Ayah akan jaga sejauh yang dijatah Tuhan
Masa depan kalian panjang
Karena itu bahu ayah harus kuat
Filosof Karen Amstrong pernah bergumam : ............ 
"Jangan meminta beban yang ringan pada Tuhan. Mintalah bahu yang kuat !

Bila suatu masa nanti, kita ditakdirkan tidak pernah berjumpa karena memiliki balasan yang berbeda-beda, saya tetap merasa bahagia karena mempunyai takdir terindah, menjadi ayah kalian berdua !!.

Selamat bobok nak, tak ayah ganggu tidur kalian.
Kedip kecil kemuningku !!

Sumber Foto : cc. Beryl C. Syamwil

Sebagaimana yang dinukilkan Ayah Iffa & Malika Ilham dalam account facebook-nya
Facebook/Muhammad Ilham Fadli

Minggu, 02 September 2012

Janji (Ayah Iffa & Malika)


Janji ..........
Untuk terus melahirkan harum bunga
Janji ..........
Denganmu saya ingin mati tua

dedicated : my wife


Dikutip dari : Muhammad Ilham Fadli Facebook (sumber foto : open art)

Semuanya Sama


Pada akhirnya
Semua Kita ............ Sama !!
(Selamat Memasuki bulan Syawal 1433 H.)


Sumber foto : emil ondo (cc) Muhammad Ilham Fadli facebook

Sapere Aude



 

Sumber foto : Tony Hirsh (cc) Muhammad Ilham Fadli facebook


Ketika Ayah Mencemburui Ibu

Oleh : Imla Wifra Ilham

Ucapan pertama di bibir tiap manusia adalah "Ibu"
dan bahasa terindah yang diucapkan tiap manusia adalah "Ibuku"

~Gibran~
the best picture in the world

(saya tak pernah merasa "cemburu" bila dua gadis saya selalu memanggil "ibu" dibandingkan "ayah" ketika mereka bangun pagi) ___ demikian kalimat "kecemburuan" (walau si abang tak mengakui ia sedang cemburu) ayah Iffa & Malika Ilham pada saya .... ho ho ho. 



 Sumber : Muhammad Ilham Fadli facebook

Perspective



 

Sumber foto : Tony Hirsh (cc) Muhammad Ilham Fadli facebook

 

Selasa, 14 Agustus 2012

Iffa & Pesantren Ramadhan

Oleh : Imla W. Ilham


Pukul 23.34 WIB
Dalam hening malam
Iffa Ilham menyelesaikan rangkaian Muhasabah
di Pesantren Musholla pinggir sawah
Sedu sedannya, buat beta sabak
Tapi yang pasti
Apa yang dilaluinya selama ramadhan ini
Ibarat lampu di tengah rimba
Baginya !!

Salam sahabat, kamu telah lalui ramadhan ini dengan makna !!
::  Dari Ayah dan Bunda !


















Sumber foto : johannes bachir

Iffa, Pelangi & Kekeringan


# sebagaimana yang dikatakan iffa ilham, pada ayahnya.

ayah
sudah sekian lama
Iffa tak memandang pelangi
  demikian Iffa Ilham di suatu sore, pada ayahnya

Kota Padang pinggiran sedang kekeringan. 
Semoga pelangi yang dirindukan Iffa segera datang
yang bermula dari hujan.

Sumber Foto : rukman r.

Sabtu, 11 Agustus 2012

Aku Harus Bagaimana ?

# Catatan ayah Iffa dan Malika Ilham

Sebuah puisi kritis KH. Mustofa Bisri yang ditulis ulang ayah Iffa dan Malika Ilham di stat facebooknya serta menghubungkannya dengan pengalaman personal yang pernah dirasakan oleh beliau. Berikut :

AKU HARUS BAGAIMANA
(KH Mustofa Bisri)

aku pergi tahlil, kau bilang itu amalan jahil
aku baca shalawat burdah, kau bilang itu bid’ah
lalu aku harus bagaimana…?

aku bertawasul dengan baik, kau bilang aku musrik
aku ikut majlis zikir, kau bilang aku kafir
lalu aku harus bagaimana…?

aku shalat pakai lafadz niat, kau bilang aku sesat
aku mengadakan maulid, kau bilang tak ada dalil yang valid
lalu aku harus bagaimana…?

aku gemar berziarah, kau bilang aku alap-alap berkah
aku mengadakan selametan, kau bilang aku pemuja setan
lalu aku harus bagaimana…?

aku pergi yasinan, kau bilang itu tak membawa kebaikan
aku ikuti tasawuf sufi, malah kau suruh aku menjauhi

ya sudahlah… aku ikut kalian…

kan ku pakai celana cingkrang, agar kau senang
kan kupanjangkan jenggot, agar dikira berbobot
kan ku hitamkan jidat, agar dikira ahli ijtihad
aku kan sering menghujat, biar dikira hebat
aku kan sering mencela, biar dikira mulia

ya sudahlah… aku pasrah pada Tuhan yang ku sembah… !!




















(sebuah nukilan kritis berbentuk puisi dari KH. MUSTOFA BISRI anak dari KH. BISRI MUSTOFA - Hadratusyeikh Nahdlatul Ulama. Dianggap sebagai salah seorang ulama besar NU selain, misalnya Ulama-Ulama Langitan. Satu generasi dengan Gus Dur. Termasuk salah satu idola "generasi muda/intelektual muda NU". Hobinya : membaca kitab dan berkumpul dengan seniman dan rakyat biasa)

:: siap sholat Taraweh tadi, saya (ditanya : tepatnya) dikritisi oleh seorang jama'ah bahwa sholat itu pakai kain sarung, bukan celana panjang, karena itu BID'AH. Dan ia mendefenisikan BID'AH sebagai "tidak pernah dilakukan Rasulullah dalam ritual ibadah". Berangkat dari ini, saya kemudian mengatakan, "mari kita beri penguatan makna BID'AH tersebut".

- Orang yang tidak sayang sama istri dan anak-anaknya .... ITU BID'AH (karena Nabi SAW. tidak pernah melakukan ini)
- Orang yang tidak ramah pada tetangganya, ITU BID'AH (karena Nabi SAW. dikenal orang yang ramah, murah senyum lagi menyenangkan hati orang banyak)
- Orang yang tidak mau berbeda pendapat, ITU BID'AH (karena Nabi SAW. yang Ummi tersebut bahkan mau mendengar masukan dan arahan dari sahabat dan anaknya sendiri yang perempuan)
- Dan seterusnya.

Lantas Jama'ah saya tadi berkata, "Itu Bukan Ritual Ibadah, pak!".
Saya jawab, "saya hargai pendapat Bapak, tapi izinkan saya memiliki pendapat ..... Bapak adalah SEKULER, karena ibadah bagi Bapak hanyalah sebatas Sarung dan Celana doank. Padahal, TACIRIK-pun bisa jadi ibadah".
Alhamdulillah beliau tersenyum. Kami-pun minum AQUA gelas di Musholla sambil terus ma ota-ota (sesuatu yang dahulunya - bila meminjam versi Bapak tadi - juga BID'AH).

Terlepas dari apa yang diutarakan di atas, saya hanya ingin mengatakan, "Wallahu a'lam bish shawab".

Sumber foto : lkis.org
Sumber : Muhammad Ilham Fadli Facebook 

Rabu, 08 Agustus 2012

Mahkota Nomor Tiga yang Tak Jadi


# catatan & suara hati ayah Iffa - Malika Ilham,

Ketika ibunda harus menyerah pada takdir bahwa Iffa & Malika Ilham belum diamanahi oleh Allah SWT., seorang adik. Padahal usia "sang adik" ini telah empat purnama. Di sore hari, Ramadhan ke-19, ayah dan ibunda Iffa - Malika menghadapi kenyataan bahwa ibunda tak bisa lagi mempertahankan "sang adik" dalam rahim ibunda yang hening dan nyaman. Allah Maha Besar lagi Maha Mengetahui.


Tuhan Maha Berkehendak
Walau rindu tak tertunai
Tuhan tidak mengabulkan apa yang aku pinta
Tapi DIA menjawab apa yang aku butuhkan.

(Hening, Rabu Pukul 01:23 WIB - mahkota nomor tiga yang tak jadi)

Buat ananda Iffa & Malika, ayah dan bunda minta maaf, karena adik yang kalian berdua idam-idamkan, tidak tertunaikan. Semoga di masa nanti, keinginan itu terkabulkan. Yakinlah, Allah SWT. punya maksud pada keluarga kecil kita, yang pasti baik. 



sumber : Muhammad Ilham Fadli facebook

Fakir dan Yatim Menunggu


# Catatan ramadhan penggal "ketiga"

Daku lemah di jalanan ini tuan
Muka ku bersimbah peluh malu
Akulah gelandangan di jalan
Yatim yang tak punya naungan
Fakir yang buruk rupa
Masih kah engkau mau melirikku
Duhai yang kekayaannya tiada terkira ?

Arrghh......tangisku pilu !

Ramadhan sudah mendekati ujung, lebaran hampir tiba
Fakir dan Yatim menunggu, untuk berbahagia bersama kita


 Sumber teks & tulisan : (sebagian) dari  hening rumah hati