
Namun, sejarah tak pantas untuk kita "sesali" apalagi terus kita gugat. Selagi ia inspiratif, apa salahnya dikenang dan terus ditumbuh kembangkan menjadi sesuatu yang bermakna bagi pembentukan arah hidup berbangsa dan bernegara. Kartini sudah dijadikan "icon" perjuangan emansipatoris (khususnya bagi wanita) Indonesia. Tidak salah sebenarnya mengingat apa yang telah beliau lakukan telah mengilhami dan menyemangati wanita Indonesia. Jadi mungkin kita bisa sedikit memodifikasi semangatnya, yaitu dengan menjadikan momen hari Kartini sebagai hari untuk memperingati jasa perempuan-perempuan Indonesia yang telah berbuat banyak bagi negeri kita. Banyak hal yang bisa kita khususnya perempuan Indonesia jadikan inspirasi untuk terus maju dan berkarya, tanpa menentang kodrat kita sebagai seorang wanita.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh salah seorang Facebookers di detik.com, apa salah kita merayakan hari Kartini? Misalnya dengan kontes pakaian daerah yang biasa dilakukan di sekolah-sekolah atau surfing menggunakan kebaya seperti yang dilakukan para wanita surfer wanita di Bali baru-baru ini. Bukankah itu sudah menyimpang dari semangat hari Kartini yang di atas? Tapi perayaan adalah salah satu bentuk peringatan, atau kegiatan yang membuat kita jadi ingat akan hari tersebut. Hal-hal yang mungkin maknanya tidak nyambung tersebut adalah salah satu cara untuk membangkitkan semangat mengingat dan memahami hari Kartini sebagai lambang hari perempuan Indonesia. Selamat hari Kartini!