Sumber (c) Pelangi Anak
“Kawin...kawin...minggu depan bakal kawin”...
“Kawin...kawin...tidur ada yang nemenin”...
Atau lagu berikut :
“Ku mencintaimu lebih dari apapun, meskipun tiada satu orangpun yang tahu”...
“Ku mencintamu sedalam-dalam hatiku, meskipun engkau hanya kekasih gelapku”...
Sebagian
besar dari kita mungkin sudah tidak asing lagi, ketika syair-syair
tersebut singgah menyapa gendang telinga kita. Tak hanya kita sebagai
orang dewasa saja yang tersihir oleh syair tersebut, anak-anak pun juga
mengalami hal serupa. Mereka seolah terbawa arus oleh derasnya kata-kata
manis syair lagu tersebut. Menurut
pengakuan seorang dosen di sebuah PTN, di sekitar tempat tinggalnya,
beliau kerap mendengar lagu semacam “Batal Kawin” didendangkan oleh
anak-anak yang terbilang masih dini. Atau coba kita pikirkan, anak-anak
belajar tentang makna dari kata “Kekasih Gelapku”. Saya hanya bisa
geleng-geleng kepala, ketika membayangkannya.
Beberapa
pihak yang terkait dengan dunia anak dan pemerhati anak, mungkin saja
hanya bisa mengurut dada dengan kondisi anak-anak, yang dibombardir
dengan lagu-lagu orang dewasa. Seperti yang kita tahu, lagu orang dewasa
yang berisi tentang cerita cinta dan bumbu asmara beserta adegan mesra
sebagai pelengkapnya disajikan sebagai menu yang setiap harinya hampir
disantap oleh sebagian besar anak-anak. Padahal
isi dari lagu-lagu tersebut, hanyalah fantasi, rekaan, dan bersifat
sebagai hiburan semata. Ibarat baju, lagu-lagu tersebut sungguh tak pas
dipakaikan pada anak-anak. Tentu saja kelonggaran, karena lagu-lagu
tersebut memang selain tidak cocok untuk anak, lagu itu juga tidak
diperuntukkan untuk usia dini.
(c) Pelangi Anak |
Tapi
kenyataanya sungguh mencenggangkan. Tengok saja ajang pencarian bakat
menyanyi seperti "IDOLA CILIK". Saya juga heran, peserta idola cilik
adalah anak-anak usia sekitar 7-11 tahun, dimana pada usia itu anak
masih dalam masa perkembangan yang butuh asupan pendidikan moral dan
budi pekerti, tapi sudah dicekoki dengan lagu-lagu orang
dewasa. Lucunya saat pentas di panggung mereka juga menyanyikan lagu
orang dewasa dengan gaya orang dewasa juga, sehingga gaya asli
anak-anaknya hilang. Gaya mereka seolah sudah disetel dan diarahkan oleh
koreografi, tidak ada kebebasan dan kreativitas untuk menciptakan gaya
mereka sendiri yang khas anak-anak. Atau coba tengok acara "Happy Song
Holiday", dimana pesertanya yang anak-anak juga fasih menyanyikan
lagu-lagu orang dewasa ketimbang lagu anak anak. Mereka bahkan hapal di
luar kepala, ketika menebak judul lagu yang diputarkan. Bagaimana tidak,
hampir semua stasiun televisi setiap waktu menghidangkan acara
pemutaran klip lagu orang dewasa.
Dewasa
ini jarang bahkan nyaris tak ada lagi penyanyi lagu anak-anak yang
menggantikan penyanyi yang telah pensiun karena telah beranjak remaja.
Saat ini pun jarang terdengar lagu anak-anak, demikian juga penyanyinya,
bisa dikatakan amat minim. Pencipta lagu anak-anak juga tidak sebanyak
dulu. Mungkin pasar industri hanya sedikit tertarik untuk memasarkan
lagu anak-anak. Karena disamping sepi pendengar, juga takut tak laku
dijual. Sebab anak-anak sekarang lebih tertarik mendengar lagu dewasa
ketimbang lagu yang sesuai dengan umurnya. Kalau begini terus
lama-kelamaan anak-anak akan menganggap lagu anak-anak itu kampungan dan
kuno. Padahal lagu anak-anak dirancang khusus dan diciptakan untuk
anak-anak yang sesuai dengan perkembangannya. Selain itu mengandung
pesan yang berisi tentang ajaran moral dan budi pekerti.
Bukan
salah bunda mengandung. Kira-kita itulah ungkapan yang tepat, bahwa
sejatinya memang orangtua tidak bisa disalahkan 100%, ketika mereka
sudah berusaha membatasi atau menyeleksi tontonan dan lagu-lagu orang
dewasa, apabila lingkungan sekitar tidak berperan serta dalam mendukung.
Bisa jadi mereka bergaul dengan anak-anak yang sudah terkontaminasi
dengan tontonan dan lagu-lagu orang gede. Lantas kalau sudah begini, mau
dikemanakan generasi penerus bangsa kita? Apakah mereka akan melenggang
dengan fantasi cinta-cintaan ditengah makin ketatnya persaingan
prestasi yang membutuhkan keunggulan tinggi? Yang bukan hanya sekedar
cinta-cintaan belaka.