Minggu, 06 Maret 2011

Melawan Rasa Takut Anak Terhadap Hantu

Oleh : Imla Wifra Ilham

"Bu, Ifa takut sendirian jalan ke Musholla !", demikian kata sulung saya Ifa pada suatu maghrib. Sebagaimana biasa, ia dan adiknya, Adek, selalu diajak ayahnya, sholat berjamaah ke Musholla di komplek kami. Bila ayahnya lambat pulang dari kampus, Ifa akan pergi tanpa "kawalan" ayahnya. Akhir-akhir ini, Ifa sering mengutarakan ketakutannya bila sendirian berjalan ke arah musholla. Kebetulan musholla tersebut berada di pinggiran sawah. Hantu !, itulah konsep abstrak yang selalu diutarakannya kepada saya ketika saya tanya apa yang ditakutkannya. Saya berusaha menerangkan dengan pendekatan agama. Ifa nampaknya menerima. Tapi tetap, sifat manusiawi manusia, rasa takut pasti ada. Secara perlahan-lahan, saya berusaha untuk mengajaknya diskusi tentang bagaimana seharusnya mensikapi sumber ketakutannya tersebut.

Anak sebenarnya tidak punya rasa takut terhadap hantu tetapi tertular oleh orang-orang sekitarnya. Orangtua perlu memberikan pengertian soal makhluk-makhluk halus seperti hantu agar anak bisa melawan rasa takutnya. Dari beberapa literatur yang saya baca, anak kecil sebenarnya tidak mengenal konsep bahwa hantu itu menakutkan, tapi lingkunganlah yang menciptakan konsep tersebut. Biasanya anak kecil akan takut hantu bila melihat orangtua atau orang-orang di sekitarnya ketakutan dan teriak-teriak saat menonton film atau iklan yang menunjukkan sosok hantu. "Karena orangtuanya teriak-teriak lihat hantu, jadi anak membuat penilaian bahwa hantu itu menyeramkan, akhirnya dia juga takut," demikian satu penggal kalimat yang saya kutip dari detik.health.com. Anak-anak itu belajar secara konkret. Kalau orangtuanya bilang hantu itu tidak menyeramkan tapi ternyata teriak-teriak pas nonton film hantu ya sama saja. Caranya jangan berlebihan kalau lihat sosok hantu di TV, jadi anak juga tidak tahu bahwa hantu itu seram. Selanjutnya, memang semuanya tergantung kepada orang tua.

Tidak ada komentar: