Senin, 11 Mei 2009

Komunikasi Efektif : Belajar Mendengar Anak

Oleh : Imla W. Ilham, S.Ag

Salah seorang raja Arab Saudi, Sultan Faisal bin Abdul ‘Aziz (Almarhum), suatu waktu pernah berkata, “Kita diberi oleh Allah 1 mulut dan 2 telinga”. Artinya, mari kita lebih banyak belajar untuk “mendengar” dibandingkan terus-terusan “memerintah” ini dan itu. Terhadap anak, rasanya apa yang dikemukakan oleh Raja Faisal yang zuhud ini, pantas bagi kita sebagai orang tua untuk belajar “mendengarkan” anak. Dalam sebuah penelitian, orangtua biasanya berbicara tujuh kali dan mendengar satu kali. Ini harus dibalik menjadi berbicara satu kali dan mendengar tujuh kali. Karena pada dasarnya anak itu selalu ingin didengarkan. Orangtua perlu membentuk komunikasi yang efektif di antara sempitnya ruang waktu bersama keluarga. Komunikasi, sesungguhnya tidak hanya terbatas dalam bentuk kata-kata. Komunikasi, adalah ekspresi dari sebuah kesatuan yang sangat kompleks. Bahasa tubuh, senyuman, peluk kasih, ciuman sayang, dan kata-kata. Keluarga sebagai tempat berangkat dan kembali. Karena itu ketika ada waktu bertemu dengan seluruh anggota keluarga hendaknya manfaatkan dengan semaksimal mungkin. Kalau ada waktu bertemu, maka tingkat kesabaran orangtua harus lebih tinggi. Jangan sampai karena orangtua merasa capai, lantas marah dengan anak karena hal sepele. Karena kemarahan itu akan merusak komunikasi efektif.

Seni mendengarkan membutuhkan totalitas perhatian dan keinginan mendengarkan, hingga sang pendengar dapat memahami sepenuhnya kompleksitas emosi dan pikiran orang yang sedang berbicara. Bahkan, komunikasi yang sejati, sang pendengar mampu memahami apa yang terjadi atau yang dirasakan oleh lawan bicara meski dengan kata-kata yang sangat minimal. Dalam memecahkan berbagai masalah harus berdasarkan pada pertimbangan win-win solution. Artinya orangtua di sini tidak boleh otoriter, tapi harus melihat jalan terbaik untuk kedua belah pihak. Proses komunikasi efektif antara orangtua dengan anak, sangat membantu anak memahami dirinya sendiri, perasaannya, pikirannya, pendapatnya dan keinginan-keinginannya. Anak dapat mengidentifikasi perasaannya secara tepat sehingga membantunya untuk mengenali perasaan yang sama pada orang lain. Bagaimana, sudahkah kita menerapkan komunikasi efektif dengan buah hati? ............. saya dan suami, sedang berusaha untuk terus belajar, bagaimana untuk bisa "mendengar"kan apa yang dikatakan Ifa dan Adek.


Saya (sebelah kanan) bersama dengan seorang teman yang lagi asyik baca al-Qur'an d alam Acara MTQ Kepala Sekolah TK, SD, SLTP dan SLTA Se-Kota Padang. Walaupun tidak memperoleh juara..... ada kebahagiaan luar biasa telah bisa ikut.

Tidak ada komentar: