Kamis, 14 Mei 2009

AHMADINEDJAD : "Nominasi Idola Anak-Anakku"

Oleh : Imla W. Ilham, S.Ag

Dengan latar belakang ilmu tarbiyah dan berkecimpung dalam dunia anak-anak, rasanya saya tidak memiliki pengetahuan yang lumayan tentang biografi orang-orang terkenal apalagi tentang ilmu politik. Entah kenapa, untuk yang terakhir ini (politik), saya sedikit apriori. Apalagi tentang politik internasional. Saya tidak mau mendikotomikan diri : barat-timur, Sunni-Syiah apatah lagi Amerika Serikat - Anti Amerika Serikat. Disamping pengetahuan saya tentang hal ini "sangat luar biasa dangkal", arahan agar dewasa dalam berfikir oleh suami juga membentuk pola pikir saya. Pada prinsipnya saya tak mau menghabiskan waktu dan energi untuk mendikotomikan hal tersebut. Saya hanya ingin menjadi "hamba Allah" yang baik, bekerja dengan ikhlas dan mengabdi pada keluarga (jadi ibunda yang baik bagi anak-anakku serta istri bermartabat bagi suamiku) dan pengabdian tulus buat profesi. Sehingga tidaklah mengherankan, apabila saya tidak memiliki idola "tokoh-tokoh dunia". Namun, ketika suami saya mengenalkan beberapa tokoh "lintas ideologi keIslaman", menceritakan sisi-sisi baik mereka, saya juga agak tersentuh.

Suami saya banyak memiliki tokoh idola, dan biasanya selalu hanya untuk aspek tertentu saja. Kecuali Nabi Muhammad SAW. dan Ali bin Abi Thalib serta Umar bin Khattab, hampir tak ada idola suami saya yang sifatnya total. Ia mengagumi Mandela dengan konsistensi perjuangannya, Mama Theresa dengan "sifat malaikatnya", Che Guevara dengan idealismenya, bahkan Tan Malaka serta Muhammad Hatta untuk aspek prinsip hidup dan kepintarannya. Hampir tak ada artis/entertainer yang diidolakannya. Paling-paling Sir Alex Ferguson (karena ia pengagum berat klub bola Manchester United), atau kesukaannya terhadap karya seorang seniman/artis seperti ia sangat menyukai musik Kitaro, Enya dan Opick (dan ini biasanya diputar pada malam hari sewaktu ia membaca), dan belakangan ini ia menyukai musik dangdut-nya Ridho Irama........ sungguh sangat sulit menebaknya. Beberapa hari belakangan ini, saya diperkenalkan oleh Suami saya tentang Ahmad Ahmadinedjad, Presiden Iran yang "tegar, berani serta zuhud". Tentang Iran, saya tak banyak tahu. Paling-paling, sedikit tentang Khomeini, atau tentang Film "The Children of Heaven" yang mengharukan itu. Saya juga pernah melihat, ada foto Ali Shariati di Perpustakaan Pribadi kami yang bergandengan dengan foto Khomeini, Ulama-Ulama Minangkabau, Hatta, Tan Malaka, Habibie, SBY dan Albert Einstein serta William Stephen Hawkings. Saya pernah tanya pada suami saya, siapa Ali Shariati itu ? Ia menjawab, "Inspirator Revolusi Islam Iran, Idola saya ketika mempelajari sosialisme Islam". Kebetulan Skripsi Sarjananya tentang Filsafat Sejarah Ali Shariati. Kembali ke Ahmadinedjad....... saya disodori beberapa gambar yang membuat saya trenyuh. Seorang Presiden yang untuk aspek tertentu mempraktekkan kezuhudan Umar bin Khattab. Walaupun saya tidak mengidolakannya, tapi setidaknya, ada "tersangkut" pada hati saya kekaguman terhadap seorang hamba Allah, dalam posisi yang begitu banyak bujukan rayuan, masih bisa mempraktekkan kesederhanaan bersikap dan bertingkahlaku. Rasanya saya ingin mendedikasikan namanya buat nanti (Isya Allah) bila Allah menagmanahkan pada saya anak laki-laki. Sayang namanya tidak begitu menarik ...... tapi entah nanti, mana tahu, dengan kombinasi nama lain.


Mahmoud Ahmadinejad, ketika di wawancara oleh TV Fox (AS) soal kehidupan pribadinya: “Saat anda melihat di cermin setiap pagi, apa yang anda katakan pada diri anda?”. Jawabnya: “Saya melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya, Ingat, kau tak lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab yang berat, yaitu melayani bangsa Iran”.


Saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan Ia menyumbangkan seluruh karpet Istana Iran yang sangat tinggi nilainya itu kepada masjid2 di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan. Ia mengamati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut dan menanyakan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruangan biasa dengan 2 kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat impresive. Di banyak kesempatan ia bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya. Di bawah kepemimpinannya, saat ia meminta menteri2 nya untuk datang kepadanya dan menteri2 tsb akan menerima sebuah dokumen yang ditandatangani yang berisikan arahan2 darinya, arahan tersebut terutama sekali menekankan para menteri2nya untuk tetap hidup sederhana dan disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi, sehingga pada saat menteri2 tsb berakhir masa jabatannya dapat meninggalkan kantornya dengan kepala tegak. Langkah pertamanya adalah ia mengumumkan kekayaan dan propertinya yang terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran. Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu2nya uang masuk adalah uang gaji bulanannya. Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai US$ 250. Sebagai tambahan informasi, Presiden masih tinggal di rumahnya. Hanya itulah yang dimilikinya seorang presiden dari negara yang penting baik secara strategis, ekonomis, politis, belum lagi secara minyak dan pertahanan. Bahkan ia tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya. Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yg selalu dibawa sang presiden tiap hari selalu berisikan sarapan; roti isi atau roti keju yang disiapkan istrinya dan memakannya dengan gembira, ia juga menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk presiden.



Saya ingin mengajarkan kepada anak-anak saya, bahwa manusia-manusia besar tersebut tidak hanya terdapat dalam novel, sinetron ataupun film. Dalam dunia nyata, dunia masa sekarang, dunia dengan tantangan "kekinian", masih ada tokoh-tokoh Islam yang pantas untuk diteladani.

Tidak ada komentar: