Senin, 16 November 2009

ADEK : "Ibunda, Adek Takut Sama Allah"

Oleh : Imla W. Ilham, S.Ag

Dalam tulisan terdahulu, saya dan suami perlu menghadirkan Allah Robbi Izzati dengan "ramah" pada IFA - Sulungku. Saya dan suami merasa tersentak dan harus belajar banyak dari IFA bahwa apa yang selama ini kami ajarkan tentang Allah, nyatanya ditangkap "berbeda" oleh IFA. Kalimat : "Ifa, jangan berbuat seperti itu nak, Allah akan marah bila berbuat tidak baik !" ..... ditangkap oleh IFA : "Allah lagi ... Allah lagi, pemarah betul Allah itu !". Akhirnya, mulai saat itu saya dan suami berusaha menghadirkan Allah yang "ramah" di matanya. Setelah disentakkan oleh IFA, kini kami disentakkan pula oleh ADEK - bungsu kami yang berusia 4 tahun. Bungsu kami ini orangnya agak pendiam, bertolak belakang dengan "tetanya" IFA yang suka bicara (maota). Badannya pun agak bontot. Belakangan ini, ADEK sudah mulai sering menanyakan pertanyaan kritis kepada saya.

Senja itu, hujan sangat lebat mengguyur kota Padang. Kebetulan belakangan ini, kota Padang tak henti-hentinya hujan lebat setiap sore hingga malam. Biasanya, ADEK dan IFA paling suka melihat hujan itu turun. Tapi bukan untuk mandi-mandi hujan. Kebetulan saya agak kewalahan melarang mereka. Akhirnya saya antisipasi dengan rumus : "IFA-ADEK, hari sudah senja dan mulai kelam .... masuk ke dalam rumah nak !. Jangan diluar, Ibunda takut diluar karena senja nan kelam ini, hantu banyak berkeliaran".

Lantas ADEK bertanya, "Hantu itu apa buk ?".
Bingung saya sebentar, kemudian sekenanya saya jawab, "Hantu itu tak nampak, tapi ibunda takut".
"Ayah juga takut, bu", kata Adek lagi.
"Iyaa, apalagi ayah, ia sangat takut pada hantu".
Karena penasaran, ADEK bertanya lagi, "Tapi hantu itu tidak nampak bu ...... kok takut ?".
Saya bingung lagi, "Karena tidak nampak itulah maka ibu dan ayah takut ...... udah, ayo masuk", kata saya sambil menggendong ADEK dan IFA yang tidak protes lagi.
Dalam taraf ini, saya berkesimpulan ........... ada "senjata" ampuh bagi saya untuk melarang ADEK bermain-main di luar bila hari sudah sore atau senja.

Beberapa hari kemudian .............. !
Malam itu, di ruangan tengah, saya, suami, pengasuh anak, IFA dan ADEK sedang menonton TV. Kebetulan saya menonton sebuah sinetron Islami yang ditayangkan oleh TPI. Kami terlihat serius. Tanpa saya nyana ...... Adek bertanya pada saya, "Bu, kok sering orang di TV itu bilang-bilang Allah, tapi Adek tak lihat mana itu Allah?", katanya pada saya. Mungkin ia terinspirasi pada sinetron Islami yang sering mengeluarkan kata-kata Allah.
Saya jawab pula dengan sekenanya, "Allah itu tidak nampak, nak. Allah itu Tuhan kita"
Jawab ADEK, "Ihhhh, berarti Allah itu sama dengan hantu ya bu, hantu tidak terlihat, Allah juga ... berarti Adek harus takut sama Allah".
Saya dan Suami : "terkejut, melongo dan tersenyum.
Ya Allah Robbi Izzati ..... ADEK telah berikan pada kami pelajaran. Sebelum ini Allah harus kami "ramahkan" di depan IFA, maka di depan ADEK, Allah harus kami "familiarkan". Saya sayang dengan keluargaku.

Insert : Foto ADEK waktu berumur 8 bulan



Tidak ada komentar: