Ditulis ulang : Imla Wifra Ilham
Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi inspektur upacara
pemakaman mantan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih. Saat
memberi sambutan, SBY membacakan kata pengantar buku 'Berdamai dengan
Kanker' yang ditulis Endang. SBY terkesan akan kata-kata Endang.
"Hadirin,
tadi pagi saya membaca kata-kata Almarhumah yang telah dipersiapkan
medio April 2011 yang lalu, untuk Pengantar Buku yang berjudul "Berdamai
dengan Kanker", yang sangat mengharukan dan penuh dengan kearifan,"
jelas Presiden SBY saat memberi sambutan dalam upacara pemakaman di San
Diego Hills, Karawang, Jawa Barat, Kamis (3/5/2012). SBY lantas
membacakan kata-kata Endang dalam Pengantar buku itu sebagai berikut :
"Saya
sendiri belum bisa disebut sebagai survivor kanker. Diagnose kanker
paru stadium 4 baru ditegakkan lima bulan yang lalu. Dan sampai kata
sambutan ini saya tulis, saya masih berjuang untuk mengatasinya. Tetapi
saya tidak bertanya, "Why me?" "Saya menganggap ini adalah salah satu
anugerah dari Allah SWT.
Sudah begitu banyak anugerah
yang saya terima dalam hidup ini: hidup di negara yang indah, tidak
dalam peperangan, diberi keluarga besar yang pandai-pandai, dengan
sosial ekonomi lumayan, dianugerahi suami yang sangat sabar dan baik
hati, dengan dua putera dan satu puteri yang alhamdulillah sehat, cerdas
dan berbakti kepada orang tua. Hidup saya penuh dengan kebahagiaan."
"So
.... Why not? Mengapa tidak, Tuhan menganugerahi saya kanker paru?
Tuhan pasti mempunyai rencanaNya, yang belum saya ketahui, tetapi saya
merasa SIAP untuk menjalankannya. Insya Allah. Setidaknya saya menjalani
sendiri penderitaan yang dialami pasien kanker, sehingga bisa
memperjuangkan program pengendalian kanker dengan lebih baik."
Bagi
rekan-rekanku sesama penderita kanker dan para survivor, mari kita
berbaik sangka kepada Allah. Kita terima semua anugerah-Nya dengan
bersyukur. Sungguh, lamanya hidup tidaklah sepenting kualitas hidup itu
sendiri. Mari lakukan sebaik-baiknya apa yang bisa kita lakukan hari
ini. Kita lakukan dengan sepenuh hati. Dan .... jangan
lupa, nyatakan perasaan kita kepada orang-orang yang kita sayangi.
Bersyukurlah, kita masih diberi kesempatan untuk itu."
:: Membaca kalimat-kalimat di atas, saya kembali memahami bahwa syukur ni'mat itu,
tidak harus mengikuti ukuran kebahagian yang dipahami secara umum.
"Ketika satu pintu ditutup oleh Tuhan, tanpa kita sadari, pintu-pintu
lain banyak yang terbuka". Selamat jalan ke haribaan Allah Azza Wajalla bu Endang. Semoga bahagia selalu. Amin.
Sumber tulisan (tulisan miring) dan foto : tempointeraktif.com