Rabu, 06 Januari 2010

Ditolak Singapura, Bocah Jenius Ainan Celeste Cawley ke Malaysia

Re-Write : Imla W. Ilham, S.Ag

Singapura sepatutnya bangga memiliki seorang bocah dalam ilmu kimia. Sayangnya, pemerintah negara-kota itu tampak belum mengizinkan bocah bernama Ainan Celeste Cawley untuk melanjutkan pendidikan di jenjang yang terlalu tinggi untuk usianya, yaitu program sarjana. Saat masih berusia 7 tahun, Ainan sudah bisa mengerjakan soal-soal pelajaran kimia untuk murid sekolah menengah. Kini, di usia 10 tahun putra pasangan gado-gado Irlandia-Melayu itu siap menapaki jenjang pendidikan sarjana. Masalahnya, otoritas di Singapura tak kunjung mengizinkan anak seumur Ainan untuk mengikuti program pendidikan tinggi, kendati bocah itu sudah terbukti jenius. Orang tua Ainan jelas kecewa dengan sistem pendidikan di Singapura, yang dianggap masih bersikap kaku.

"Kami selama hampir tiga tahun terus bergulat dengan sistem di sana. Namun, akhirnya kami merasa sistem di sana sangat tidak fleksibel dan tidak bersedia membuat pengecualian untuk mengakomodasi Ainan secara memuaskan," kata ayah Ainan, Valentine Cawley, saat menggelar jumpa pers di Kuala Lumpur, Malaysia, Senin 4 Januari 2010. Itulah sebabnya, orang tuanya mengirim Ainan untuk pindah ke Malaysia. Kebetulan, sistem pendidikan di Negeri Jiran itu tidak kaku dan ada perguruan tinggi yang mau menerima dia belajar. Kini, menurut harian The Straits Times, Ainan sejak awal pekan ini menjadi mahasiswa Universitas HELP. Di kampus swasta yang terletak di Kuala Lumpur itu, Ainan menjalani program studi selama lima tahun.

Koran Malaysia, The New Straits Times, mengungkapkan bahwa kedua orang tua Ainan sebelumnya telah bertemu dengan Presiden Asosiasi Anak-anak Berbakat Nasional, Zuhairah Ali. Ternyata, Ali mengizinkan Ainan belajar di negaranya. Tidak seperti di Singapura, proses administrasi untuk penempatan Ainan belajar di universitas Malaysia hanya butuh waktu seminggu. "Kami sangat terkejut oleh keramahan dan cepatnya respon yang diberikan bagi Ainan di Malaysia. Padahal, tadinya kami mulai terbiasa dengan respon yang sangat lambat di Singapura," tutur Cawley. Dia memilih Universitas HELP bagi putranya karena dikenal sebagai kampus yang menerapkan standar yang tinggi dengan biaya yang terjangkau. Para staf universitas juga tampak memahami kebutuhan dan situasi yang dialami Ainan. Kendati jenius, dia tetap dipandang sebagai anak-anak.

Insert : Foto Ainan Celeste Cawley/dikutip dari vivanews.com/6 Januari 2010

1 komentar:

Belajar hidup mengatakan...

Bahagia banget yg jadi ortunya.Apalagi dan seandainya kelak dia menjadi muslim yg shalih