Jumat, 15 Januari 2010

Dompet Suami !

Oleh : Imla W. Ilham, S.Ag

Dompet ....... !. Saya tidak akan pernah membuka dompet suami saya tanpa seizinnya. Saya sering membuka dompetnya, ketika ia menyuruh ambilkan uang bila saya atau anak-anak minta uang, untuk jajan atau kebutuhan privat-dapur lainnya. Sebenarnya, seluruh uang saya yang pegang. Ini bukan kebijakan saya pribadi, tapi memang permintaan suami. Ketika suami saya menerima gaji atau uang "lainnya", biasanya ia langsung setor ke saya atau ke tabungan keluarga gabung dengan gaji saya (cq. tabungan saya). Biasanya, bila suami saya butuh uang, ia akan minta pada saya. Hal ini bukan tanpa alasan. Suami saya tidak "pandai" mengatur uang. Artinya, uang yang ada dalam dompet atau tabungannya, terkadang tidak bisa dikontrolnya dengan baik. Sering terjadi, bila uang dalam dompetnya "cukup banyak" (untuk ukuran kami), uang tersebut bisa habis dalam waktu yang tidak terlalu lama. Ia sangat maniak membeli buku. Bila melihat sebuah buku baru, ia tidak akan berfikir panjang mengeluarkan uang yang ada dalam dompetnya. Demikian juga, dengan kebiasaannya duduk-duduk di kedai-lepau bila waktu senggang, baik di kampus ataupun di komplek perumahan kami. Ia paling suka diskusi atau ma-"ota". Nah ... biasanya, bila hal ini dilakukannya, ia bersama teman-temannya akan keasyikan sambil minum teh telur dan makan nasi goreng serta ..... merokok. Karena itulah, atas keinginannya, ia meminta saya untuk mengatur "belanjanya" ..... setelah ia menyetor uang kepada saya, ia akan minta sesuai keinginannya. Dan, saya tidak akan menanyakan untuk apa, disamping menghormatinya, ia juga tidak pernah minta uang banyak, paling untuk belanja dan beli minyak kenderaan. Sampai hari ini .... ia sangat puas dengan manajemen keuangan yang saya lakukan.

Demikian juga dengan dompetnya. Walaupun di kamar kami, suami saya tidak pernah menyimpan dompetnya di tempat-tempat tertentu .... bahkan, ia meletakkan dompet di sembarang tempat di dalam kamar, saya tidak akan pernah membuka tanpa se-izin-nya. Ini sangat saya tekankan kepada anak-anak saya. Mereka sering menemukan dompet suami saya terletak di meja atau kasus kamar kami, tapi IFA dan Adek selalu memberikannya kepada saya untuk diletakkan di tempat yang semestinya. Bahkan terkadang, mereka mengingatkan ayah mereka untuk tidak meletakkan dompet di sembarangan tempat. Dan saya lihat, mereka juga memperlakukan dompet ayah mereka sebagaimana saya memperlakukan dompet suami saya tersebut. Ketika Ifa dan Adek minta uang jajan, sementara dompet ayahnya ada dekat mereka, mereka akan membawa dompet tersebut pada suami saya dan membiarkan suami saya mengambil uang dan memberikannya pada mereka. Memang ....... "men-cat suatu gedung harus dimulai dari atas" !. Keteladanan harus dimulai dari "atas".

Tidak ada komentar: