Senin, 06 Februari 2012

Jendela yang (Bukan) Pintu

Ditulis ulang : Imla W. Ilham, S.Ag

Jendela bukan Pintu. Pintu adalah akses utama. Ketika terbuka, isi perut terlihat menganga. Mata pun melotot bebas mengaduk-aduk semua isi. Puas. Terbukanya pintu, membuat angin berbondong-bondong menyeruak masuk. Tidak ada kata antri. Berdampak luas bagi 'hawa' panas penghuni lawas. Hawa dingin mendorong paksa hawa panas untuk menyingkir. Panas tergantikan oleh hawa dingin. Frontal! Adaptasi hawa baru harus berlaku.

Jendela bukanlah Pintu. Tidak pernah diketuk jika tidak perlu. Jendela adalah media sirkulasi tetapi harus antri. Sedikit demi sedikit, hawa panas tergantikan hawa dingin. Tidak frontal. Adaptasi bergulir serasi. Walaupun menganga terbuka lebar. Jendela adalah media, untuk mengintip bagian dari isi rumah. Mengangapun mata tidak mampu mengudak-udak isi perut rumah.

Sebaliknya, di balik jendela adalah media menatap isi dunia. Mata menatap luas tanpa batas. Balik jendela adalah media untuk 'sembunyi' bagi orang yang ingin berbagi. Tanpa terkuak utuh, terlihat kasat jati dirinya. Jendela bukanlah aset sirkulasi utama, dan jendela adalah media sempit yang agak rumit. Dari jendelalah, saya ingin berbagi cerita. Karena saya belum mampu, maka saya tidak memilih lewat pintu. Walaupun sempit, semoga saya mampu berbagi sedikit melalui jendela. Bukalah jendela, mari berbagi... !! Dan ...... bila kita berbeda perndapat, semua itu adalah hal yang lumrah karena berbeda itu pada dasarnya indah, sebagaimana halnya foto-foto dibawah ini.





Sumber (c) : djendelahati.blogspot.com
Foto : www.doubleplas.co.uk/google.picture.com

Tidak ada komentar: