Rabu, 16 Desember 2009

Stres pada Anak-Anak

Oleh : Imla W. Ilham, S.Ag
(Kepala PAUD "Unggulan Sumatera Barat" Citra Al Madina Padang)


Stres bukan hanya dialami orang dewasa dengan segala macam dan jenis ragam persoalan. Pada diri anak-anak, juga sering ditemui kondisi stres. Tanda-tandanya antara lain anak sering murung, marah-marah tanpa sebab, hilang nafsu makan, dan enggan bersosialisasi. Namun, apabila kita melihat anak kita yang masih kecil sering stres, ini bukan berarti ia memiliki "track" stres untuk selanjutnya. Artinya, anak yang "berbakat" stres, kelak akan jadi mudah stres.Ada dua sumber stres pada anak, yakni nature/alami dan nurture/pengasuhan. Faktor alami bisa karena genetik atau kelainan biologis. Misalnya terjadi gangguan neurotransmitter pada saraf. Gangguan ini membuat yang bersangkutan sejak lahir akan mudah merasa cemas atau stres berlebihan, terutama bila pemicunya muncul. Sementara yang termasuk faktor pengasuhan adalah akibat pola asuh yang salah, penyimpangan interaksi keluarga atau kehidupan keluarga yang penuh dengan konflik.

Bila pola asuh orangtua positif, seperti mendukung dan mendorong anak untuk selalu aktif, memenuhi kebutuhan anak tanpa memanjakan, mengajarkan tanggung jawab dan bentuk-bentuk pengasuhan yang positif lainnya, bisa saja sampai akhir hayat mental si anak berkembang sehat. Sebaliknya, meskipun tak punya "bakat" untuk gampang stres, bila pola asuhnya tidak tepat semisal memberikan pro-teksi berlebihan, selalu meng-kritik anak, atau terlalu memanjakan, lama-lama si anak jadi tak aman dan tak mampu memahami dirinya sendiri. Hal ini menjadi "bibit" rasa rendah diri, minder, dan rasa tak berguna yang dapat berkembang menjadi gangguan mental. Sebuah penelitian yang pernah dilakukan di Amerika Serikat, hasilnya menunjukkan 70% gangguan mental pada anak lebih disebabkan pola pengasuhan yang salah ditambah dengan peranan lingkungan yang tidak mendukung anak untuk berkembang sehat secara mental.

Ketika mendapati tanda-tanda stres pada anak, orangtua harus mencari tahu penyebabnya agar dapat memberikan solusi yang tepat bagi perbaikan mentalnya. Untuk diketahui, kemampuan kognitif atau pola berpikir anak usia sekolah sudah berkembang pesat tetapi belum banyak diimbangi dengan kemampuan mentalnya. Pada saat menemui masalah, ia cenderung melakukan penyelesaian dengan jalan pintas. Dalam hal ini anak sudah bisa berpikir secara terencana tetapi tujuannya masih jangka pendek. Beda halnya dengan orang dewasa yang sudah bisa memperhitungkan segala sesuatunya untuk jangka panjang.

Tidak ada komentar: