Jumat, 04 Desember 2009

Ramalan dan Kalidasa

Oleh : Imla W. Ilham, S.Ag

Saya pernah membaca tentang seorang penyair India (?) tepatnya penyair Sanskerta - Kalidasa - namanya. Hidup sekitar abad ke-3 masehi. Judul bukunya saya lupa, tapi ada salah satu bahagian cerita yang cukup menarik perhatian dan masih saya ingat sampai hari ini. Ceritanya kira-kira begini :

Sebagai anak kecil, Kalidasa tinggal bersama dengan ibunya disebuah pondok di samping istana raja. Di balik tembok istana, banyak terdapat pohon mangga yang berbuah lebat. Pada waktu musimnya, buah-buah mangga tersebut mengeluarkan semerbak yang ranum-menggairahkan. Si Kalidasa ini, ketika ia tidak melihat ada orang, maka ia akan memanjat ke atas tembok dan dengan santai, menikmati mangga-mangga itu. Suatu hari, ketika sedang mencuri mangga, Kalidasa tidak menyadari kehadiran raja yang melihatnya dari jendela istana. Pagi itu, ketika sedang mengupas mangga, sang raja tidak sengaja melukai tangannya sendiri. Karena luka tersebut mengeluarkan darah yang cukup banyak, raja merasa khawatir. Raja kemudian segera mengumpulkan semua penasehatnya yang bijaksana beserta para tukang ramal, untuk mengungkapkan kepadanya, makna apa dibalik luka tersebut.

Orang-orang bijak bestari istana itu berfikir sejenak, kemudian mereka bertanya apakah raja mengalami sesuatu yang tidak biasa pada hari ini ?. Sang raja menjawab bahwa ia melihat anak kecil mencuri buah mangga di taman istana. "Celaka !" Apa yang paduka lihat sungguh tidak baik. Anak itu akan membawa malapetaka bagi paduka, " kata-kata orang bijaksana ini. "Lebih baik paduka segera menyingkirkan anak tersebut". Raja kemudian segera memerintahkan agar Kalidasa di bawa ke hadapannya. Dengan gemetar, anak kecil ini kemudin bersujud di depan raja. Kalidasa kemudian diberitahu bahwa raja telah melihatnya mencuri mangga, dan ini akan memberikan kesialan bagi raja. Karena melihat Kalidasa mencuri mangga, tangan raja terluka ..... dan ia kemudian ditanya apakah memiliki pesan terakhir sebelum dieksekusi. Kalidasa pun berkata dengan suara gemetar, "Hamba menyesal telah membawa nasib buruk bagi paduka raja, "kata Kalidasa. "Tapi tidaklah adil jika orang yang melihatku mencuri mangga itu tidak dihukum, karena ia pun membawa nasib sial dan buruk bagi ku". Jawaban ini sontak membuat raja terkejut, karena segera ia menyadari, betapa bodoh tindakannya mengikuti anjuran tukang-tukang ramal yang menyebut dirinya bijaksana. ................ "Disekeliling kita, sungguh sudah banyak Tukang-Tukang Ramal (baik Ketik REG ataupun atau Film-Film Imajinatif) yang terbungkus dalam bentuk "kepintaran" tapi tanpa kita sadari, mereka justru sedang memperbodoh kita.

Tidak ada komentar: